Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pendekatan Ekologi-Teologi untuk Kesembuhan akibat Covid-19

11 Oktober 2020   06:52 Diperbarui: 11 Oktober 2020   07:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir semua cerita yang mengalami positif Covid yang saya kenal sembuh. Di Legok Permai, Kabupaten Tangerang seorang sahabat yang sudah lama hipertensi, gula tinggi, dan pernah dirawat karena jantung, akhirnya sembuh.

Sahabat saya ini memang pasrah dan berharap akan pertolongan Tuhan. Sahabat saya itu anaknya yang berumur 14 tahun sembuh dan anaknya sekitar 2 tahun sembuh. Hanya istrinya dalam keluarga itu negatif.

Ketika informasi itu saya dengar, rasanya gelap bumi ini saya lihat. Teman-teman di Tarutung dulu disolasi 59 orang, demikian juga di Pandan, Tapteng. Mereka hanya minum saja, semua sembuh.

Ketika saya melihat kejadian-demi kejadian yang sembuh, maka informasi yang mengatakan bahwa tidak ada obatnya tidak saya setuju. Jika taka da obatnya, mengapa orang-orang yang saya kenal sembuh 100%?.

Informasi-informasi dari saudara kita yang sembuh itu harus kita ceritakan agar hidup kita yang sempat kuatir yang berlebihan menjadi semangat. Semangat untuk menjaga diri untuk waspada dan disiplin mencegah. Karena, kalaupun sembuh kita tidak mau berobat sampai 10 hari atau lebih, bukan?.

Pendekatan teologia umum atau disebut teologia awam dan ekologi umum sangat penting. Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya sempurna mengajarkan kita bahwa kita menjaga bumi dengan segala akal budi kita.

Social distancing atau jaga jarak adalah cara kita menghalau tantangan yang datang yaitu Covid19. Jika ekosistem kita terganggu maka kita mencari keseimbangan baru dengan cara menyiasati gangguan yang datang. Konsep inilah yang diajarkan Ekologi. 

Evaluasi Menyikapi Covid-19

Jika kita melihat cara-cara kita menyikapi Covid19 di awal yang dengan boros menyemprotkan disinfektan, maka sesungguhnya itu tidak ramah lingkungan. Sebab, disinfektan akan mengganggu ekosistem, terutama ekosistem tanah.

Sahabat saya, ahli kimia mengatakan ada disinfektan yang ramah lingkungan. Tetapi apakah kita memilih disinfektan yang ramah lingkungan?. Penggunaan disinfektan, apalagi berlebihan sudah harus dihentikan. Sebab, menurut berbagai sumber jika Covid19 itu tidak memiliki media secara otomatis Virus Covid19 mati.

Artinya, jika kita disiplin jaga jarak maka Covid19 mati sendiri. Kita harus menyadari disinfektan dan penggunaan sabun untuk cuci tangan, hand sanitizer di seluruh dunia akan berdampak negating terhadap kelestarian lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun