Mohon tunggu...
Gurgur Manurung
Gurgur Manurung Mohon Tunggu... Konsultan - Lahir di Desa Nalela, sekolah di Toba, kuliah di Bumi Lancang Kuning, Bogor dan Jakarta

Petualangan hidup yang penuh kehangatan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pendekatan Ekologi-Teologi untuk Kesembuhan akibat Covid-19

11 Oktober 2020   06:52 Diperbarui: 11 Oktober 2020   07:10 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : ichi.pro/id 

Bumi yang terluka itulah yang dimaksud pemanasan global. Pertumbuhan penduduk dunia yang eksploitatif dan menurut maunya manusia maka bumi mengalami pemanasan.

Pembangunan atau eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) di bumi selalu memenuhi keinginan bukan kebutuhan manusia. Spiritualitas Mahatma Gandhi mengatakan, "bumi hanya cukup bagi orang baik, tetapi bumi tidak cukup bagi orang tamak/rakus".

Jika kita gabungkan Ekologi dan Teologia maka hal yang bisa ditarik adalah jika kita terganggu seperti gangguan Virus Covid-19 maka sesungguhnya disekita kita ada obatnya. Tidak perlu mencari ketempat yang jauh.

Jika prinsip konsep Ekologi-Teologi ini kita pakai menghadapi Covid-19 maka tidak ada informasi yang mengatakan tidak ada obatnya. Jika informasi yang mengatakan bahwa penyebarannya cepat dan memiliki resiko yang tinggi maka masyarakat waspada. Masyarakat panik karena informasi tidak ada obatnya.

Masyarakat sempat lega ketika Presiden Jokowi mengumumkan bahwa obat Covid19 adalah Avigan dan Klorokuin. Tetapi tidak lama kemudian organisasi Kesehatan Dunia WHO melarang Avigan dan klorokuin. Masyarakat makin panik ketika itu. Betapa suasana mencekam dan sangat menakutkan ketika itu.

Pemimpin dunia dan para pemimpin spiritualitaspun bingung memilih kalimat untuk menenangkan yang dipimpinnya. Karena mungkin pemimpin negara atau pemimpin spiritualitaspun ketakutan juga. Dalam kondisi itu semua gamang bersikap.

"Bere"-ku dan Semua Sahabatku Sembuh

Tadi malam bere saya (keponakan) yang tinggal di Cijantung menelpon saya, "tulang aku sudah sembuh". Tadi malam dia sudah pulang dari Rumah Sakit (RS) setelah 11 hari dirawat. Hasil SWABnya sudah negatif. Bere saya aitu makan enak katanya sama saya karena sudah sembuh. Seminggu sebelumnya, bere saya yang di Bekasi dan anaknya juga sembuh. 

Awalnya, bere saya yang di Cijantung takut di-swab. "Apa yang kau takutkan?" tanyaku.

"Saya takut hasilnya positif, tulang," jawabnya.

"Apapun hasilnya, hadapi. Menghadapi dengan berani adalah sikap yang pertama. Kemudian, bere saya yang di Bekasi memberikan semangat bahwa jangan takut. Saya dan anakku sudah sembuh," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun