Dalam kondisi sekarang, keadilan tidak ada bagi petani sawah. Bertani di sawah untuk menanam padi itu sangat melelahkan dan harga tidak stabil.
Bisa dibayangkan petani padi panen sekali dan harga tidak stabil. Bagaimana mampu menyekolahkan anak? Lebih mengerikan petani sawah itu pupuk tidak ditemukan dan tidak ada alternatif untuk mencari pupuk seperti kompos.
Jikalaupun ada niat membuat kompos, bahan baku kompos tidak ada. Sampah kita dimana mana menjadi masalah, padahal sampah sangat baik untuk bahan baku kompos.
Petani sawah tidak mampu melakukan itu karena tidak ada modal seperti kendaraan untuk mengangkut. Kendala petani tidak memiliki modal untuk memulai.
Dalam konteks permasalahan inilah sejatinya dibutuhkan Bupati Toba yang energik, cerdas, berintegritas dan selalu mencari jalan alternatif.
Dalam kondisi sekarang petani pasrah. Pasrah karena tak berdaya. Bupati sibuk dengan persoalan internalnya. Betapa dahsyatnya dampak pembangunan atau dasyatnya rakyat bangkit dari kemiskinan jika pemimpinya berpihak kepada rakyat.
Tulisan ini hanyalah sebagai contoh bagimana kita harus mencari alternatif untuk kesejahteraan bersama.
Jika terjadi lahan baru di Borbor misalnya, bisa saja rakyat Laguboti sekitarnya yang bertani dengan fasilitas angkutan umum oleh pemerintah ke lahan pertanian. Petani itu pagi berangkat dan pulang sore dengan angkutan yang difasilitasi pemerintah.
Bisa saja kepala keluarga sekali seminggu atau sekali tiga hari pulang. Rakyat Borbor pun akan bahagia ketika volume produk sangat banyak untuk diantar ke ibukota Provinsi seperti Medan maupun ke kota lain seperti Pekanbaru, Batam dan Jakarta.
Harga produk petani tidak ada karena jumlahnya sedikit. Jadi, sama-sama untung jika makin banyak petani di Habornas.
Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lingkungan dan Kehutanan banyak membuat hutan lindung. Hutan lindung itu bisa saja dikeluarkan dengan catatan fungsi lingkungan tidak tereduksi.