Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah usaha Meng-ada-kan ku

Mencari aku yang senantiasa tidak bisa kutemui

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa PDIP Lebih Memilih Anies daripada Ahok?

26 Agustus 2024   19:05 Diperbarui: 26 Agustus 2024   20:38 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, keputusan ini bisa berdampak buruk bagi reputasi PDIP sebagai partai nasionalis. Pilihan ini bisa dianggap mengkhianati prinsip-prinsip nasionalisme dan pluralisme yang selama ini menjadi fondasi partai. Selain itu, langkah ini bisa memicu konflik internal dalam partai, terutama di antara kader-kader yang lebih mendukung Ahok atau yang berpegang teguh pada ideologi partai.

Strategi ini juga bisa dilihat sebagai upaya PDIP untuk melawan pengaruh Jokowi, yang selama ini menjadi tokoh sentral dalam partai dan di pemerintahan. Dengan memilih Anies, PDIP mungkin ingin menunjukkan bahwa mereka bisa berdiri sendiri dan tidak selalu harus mengikuti arah yang ditetapkan oleh Jokowi.

Implikasi Jangka Panjang: Masa Depan PDIP

Memilih Anies bisa berisiko besar bagi PDIP dalam jangka panjang. Keputusan ini bisa mengalienasi basis pendukung PDIP yang lebih nasionalis dan pluralis. Mereka mungkin merasa dikhianati dan beralih mendukung partai lain yang lebih konsisten dengan nilai-nilai yang mereka anut. Selain itu, keputusan ini juga bisa memecah suara di internal PDIP, yang akhirnya melemahkan kekuatan partai dalam pemilu mendatang.

Untuk tetap relevan dan menjadi pilihan utama rakyat Indonesia, PDIP perlu mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih strategis. Memilih kandidat dengan rekam jejak yang kuat dalam memajukan visi partai adalah salah satu alternatif yang dapat diambil. PDIP juga harus memperkuat komunikasi politiknya dengan basis massa yang lebih luas, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip ideologis yang menjadi fondasi partai.

Memilih Anies sebagai calon gubernur Jakarta bisa menjadi langkah pragmatis bagi PDIP, namun langkah ini juga bisa mengancam posisi ideologis partai. Apakah ini adalah pilihan yang tepat atau justru menjadi awal dari penurunan PDIP sebagai partai besar? Keputusan ini harus dipertimbangkan dengan matang, dengan mempertimbangkan baik keuntungan jangka pendek maupun dampak jangka panjang bagi partai.***MG

_________

Referensi:

Kompas 

  - "Dinamika Politik Pilkada DKI Jakarta 2017", Kompas, 12 April 2017, Hal. 3.

   - "PDIP dan Nasionalisme dalam Pilkada", Kompas, 22 Februari 2024, Hal. 6.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun