Hal demikian sudah menjadi rahasia umum, artinya pesantren membutuhkan sokongan dari para politisi agar mempunyai semacam link guna tujuan politisnya bisa tercapai dengan mudah. Meski tidak semua begitu, namun faktanya kampanye terselubung tetaplah menjadi shadow master dalam perpolitikan Indonesia.Â
Namun jangan buru-buru mengambil kesimpulan bahwa hal demikian adalah keliru. Kita coba merujuk kepada sudut pandang lebih luas pada persoalan yang dihadapi oleh pesantren. Di mana para santri di pesantren juga merupakan bagian dari rakyat, mereka adalah masyarakat politik yang memiliki hak suara untuk memilih wakilnya.Â
Apa yang dikatakan Cak Nur agaknya perlu ditekan lebih realistis, "Islam Yes, Partai Islam No!". Santri harus melek politik, namun ia tak harus terjun di dalamnya. Sebab di sini akan menemui dua pertanyaan; pertama, apakah dia hanya ingin memahami politik secara teoritis saja, dan kedua, apakah dia ingin menjalani politik secara praktis?.
 Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H