Mohon tunggu...
Gunawan Sri Haryono
Gunawan Sri Haryono Mohon Tunggu... lainnya -

Menjadi sahabat bagi yang sedih, menjadi teman bagi yang bersukacita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Syarat Untuk Menikah

29 Oktober 2017   20:19 Diperbarui: 29 Oktober 2017   20:31 2305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SYARAT UNTUK MENIKAH

 

Pernikahan adalah relasi terpenting dalam hidup manusia. Melalui pernikahan, manusia bersatu untuk saling menopang memuliakan Sang Pencipta,  menjadi berkat bagi sesame, dan menikmati sukacita.

Namun apabila salah memilih pasangan , pernikahan akan menimbulkan luka yang dalam. Dan luka itu selain dialami oleh pasangan yang bersangkutan, juga dialami oleh anak-anak, dan bisa berkelanjutan ke generasi berikutnya. Demikian juga kalau dalam membina relasi selama pernikahan tidak benar, persoalan yang sama bisa terjadi.

Untuk itu penting memperhatikan apa saja syarat untuk menuju pernikahan.

Kedewasaan  pribadi

Seorang yang hendak menikah harus sudah dewasa. Pertama dewasa secara biologis. Usia dasar biologis sekitar 21 tahun merujuk kepada batas masa remaja.  Dengan melewati masa remaja, diharapkan organ-organ tubuh yang berperan dalam relasi suami istri sudah matang., sehingga tidak mendatangkan resiko. Kedua dewasa secara psikis. Masa ramaja masih labil, maka tidak baik masa remaja menikah. Akan tetapi sekalipun secara usia sudah melewati masa remaja, kedewasaan psikis ini perlu diperhatikan, karena belum tentu usia sudah melwati masa remaja, kedewasaan sudah terbentuk. Kedewasaan secara psikis pertama diukur dari kemampuan mengendalikan diri, terutama emosi. Seseorang yang tidak mudah mengontrol dan menilai perasaannya, ia tidak bisa hidup dengan orang lain. Misalkan saat perasaan tertarik datang, ia akan mengejar dan melakukan apapun untuk mendapatkan lawan jenisnya. Akan tetapi karena dasarnya peraaan, maka saat dikecewakan ia akan membenci. Karena itu, ada orang saat berpacaran begitu lengket, tidak terpisahkan, begitu menikah bertengkar hebat. Kedua, kemampuan untuk menerima orang lain, terutama kelemahan orang lain. Pada saat tertarik, seseorang akan dengan mudah mengatakan, dia bisa menerima kelemahan calonnya. Akan tetapi setelah menikah, baru menyadari sulit menerima kelemahan itu. Kemampuan itu diuji, berdasar bagian kelemahan yang akan melukainya. Kelemahan pasangan, dalam pernikahan bisa melukai dirinya.  Seblum menikah ia perlu memastikan bahwa dia mampu menanggung kelemahan orang lain.. Ketiga kedewaasan diukur dari kemampuan menjalani kesulitan. Tidak mudah menyerah dan tidak mudah menyalahkan orang lain, saat menghadapi kesulitan. Selanjutnya ia telah teruji mengatasi kesulitan yang dihadapi. Keempat kedewasaan dilihat dari kemampuan untuk mengutamakan orang lain.Orang yang tidak menempatkan orang lain lebih penting dari dirinya, sulit menikah. Ia akan menjadikan pasangan sebagai obyek pemuas. Dia bisa berkata, " Aku tidak bisa hidup tanpamu", tanpa berpikir apakah pasangannya juga bisa hidup dengannya.

Selain kedewasaan psikis, ia perlu juga memiliki kedewasaan rohani. Semestinya jika ia dewasa secara rohani, ia juga dewasa secra psikis. Dewasa rohani adalah relasi yang dekat dengan Sang Pencipta, dan karena itu sifat-sifat sang pencipta nampak dalam dirinya. Kepekaan mendengan suara sang pencipta, kekudusan, kerendahan hati, kemampuan hidup untuk orang lain, kepekaan akan kebutuhan orang lain, dan seseorang yang memiliki sikap psositif menghadapi hal-hal negatif, karena menyadari itu sebagai keadaan yang diatur oleh yang mahakuasa.

Selanjutnya dia juga perlu dewasa secara ekonomi. Ia sudah mandiri secara ekonomi, tidak punya kebiasaan berhutang, dan orang yang siap untuk berbagi milik dengan orang lain. Apabila seorang pria, dia siap untuk bertanggung jawab membiayai keluarga yang dibentuk.

Perasaan tertarik

Dalam pernikahan penting adanya rasa tertarik. Rasa tertarik sebaiknya didasarkan kepada hal-hal yang fundamental. Tertarik kepada fisik tidak salah. Akan tetapi perlu disadari fisik akan berubah. Usia 35 tahun ke atas fisik akan cenderug berubah. Wanita yang memilki anak, tidak semua bisa kembali langsing. Rambut pria bisa mulai rontok dan perut bisa membesar.  Kerena itu sebaiknya tertarik itu kepada nilai-nilai hidupnya dan wataknya.

Peraaan yang sangat kuat, dan mendorong sikap tidak bisa hidup tanpa dirinya, perlu diwaspadai. Bisa jadi itu bukan perasaan cinta yang tulus. Bisa jadi itu luka batin. Perasaan kuat itu berasal dari kekosongan cinta dari orang tua pada masa kecil. Perasaan yang kuat seperiti ini akan mendatangkan perselisihan dalam pernikahan.

Kecocokan nilai-nilai hidup

Untuk menikah perlu ada kecocokan dalam nilai-nilai hidup. NIlai-nilai hidup adalah tiang-tiang yang membuat pernikahan kokoh. Apa saja nilai-nilai hidup itu ? Pertama adalah mengapa dan untuk apa hidup. Ke duanya perlu setuju mengapa mereka hidup, dan selanjuntya mengapa mereka menikah, dan untuk apa hidup dan menikah. Dalam pernikahan bisa terjadi berbagai hal. Bisa satu waktu ada uang, waktu yang lain tidak ada uang. Apabila ke duanya setuju tentang apa dan mengapa, saat ada uang, mereka bisa menikmati pernikahan, saat tidak ada uang bisa juga menikmati pernikahan. Selanjunyta nilai tentang harta atau uang. Prinsip apa dalam mendapatkan uang, mengelola uang, dan untuk apa saja uang. Uang adalah hal yang sangat penting dalam keluarga. JIka tidak punya nilai yang sama, maka mudah sekali terjadi pertengkaran. Dalam hal ini juga termasuk, mengapa , untuk apa, dan bagaimana bekerja.  Nilai hidup yang lain yang juga perlu diperhatikan adalah tentang apa itu keberhasilan, seks, dan rekreasi.

Kecocokan watak

Watak adalah kebiasaan-kebiasaan dalam berpikir, berkata, dan bertindak. Watak tersusun dari temperamen, nilai-nilai hidup, dan pengalaman hidup. Cocok tidak berarti sama. Tetapi setuju dan senang, dan mampu menanggung watak pasangan.

Watak ada yang langsugn terlihat dan ada yang tersembunyi. Maka penting sekali untuk mengenal terlebih dahulu. Penting untuk memahami temperamennya, nilai-nilai hidupnya, serta masa lalu yang membentuknya.

Seorang wanita yang lemah lembut, satu waktu bisa meledak dan melempar barang-barang. Mengapa? Ternyata dia terbentuk dari orang tua yang sering bertengkar dan ia sendiri sering mengalami kekerasan. Seorang pria yang gagah, satu waktu bisa menangis meraung-raung seperti anak kecil.  Mengapa ? Sebab ia sejak kecil sering dipersalahkan.

Hal-hal tersebut bisa menolong untuk membangun pernikahan yang sehat dan menjadi berkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun