SYARAT UNTUK MENIKAH
Â
Pernikahan adalah relasi terpenting dalam hidup manusia. Melalui pernikahan, manusia bersatu untuk saling menopang memuliakan Sang Pencipta, Â menjadi berkat bagi sesame, dan menikmati sukacita.
Namun apabila salah memilih pasangan , pernikahan akan menimbulkan luka yang dalam. Dan luka itu selain dialami oleh pasangan yang bersangkutan, juga dialami oleh anak-anak, dan bisa berkelanjutan ke generasi berikutnya. Demikian juga kalau dalam membina relasi selama pernikahan tidak benar, persoalan yang sama bisa terjadi.
Untuk itu penting memperhatikan apa saja syarat untuk menuju pernikahan.
Kedewasaan  pribadi
Seorang yang hendak menikah harus sudah dewasa. Pertama dewasa secara biologis. Usia dasar biologis sekitar 21 tahun merujuk kepada batas masa remaja. Â Dengan melewati masa remaja, diharapkan organ-organ tubuh yang berperan dalam relasi suami istri sudah matang., sehingga tidak mendatangkan resiko. Kedua dewasa secara psikis. Masa ramaja masih labil, maka tidak baik masa remaja menikah. Akan tetapi sekalipun secara usia sudah melewati masa remaja, kedewasaan psikis ini perlu diperhatikan, karena belum tentu usia sudah melwati masa remaja, kedewasaan sudah terbentuk. Kedewasaan secara psikis pertama diukur dari kemampuan mengendalikan diri, terutama emosi. Seseorang yang tidak mudah mengontrol dan menilai perasaannya, ia tidak bisa hidup dengan orang lain. Misalkan saat perasaan tertarik datang, ia akan mengejar dan melakukan apapun untuk mendapatkan lawan jenisnya. Akan tetapi karena dasarnya peraaan, maka saat dikecewakan ia akan membenci. Karena itu, ada orang saat berpacaran begitu lengket, tidak terpisahkan, begitu menikah bertengkar hebat. Kedua, kemampuan untuk menerima orang lain, terutama kelemahan orang lain. Pada saat tertarik, seseorang akan dengan mudah mengatakan, dia bisa menerima kelemahan calonnya. Akan tetapi setelah menikah, baru menyadari sulit menerima kelemahan itu. Kemampuan itu diuji, berdasar bagian kelemahan yang akan melukainya. Kelemahan pasangan, dalam pernikahan bisa melukai dirinya. Â Seblum menikah ia perlu memastikan bahwa dia mampu menanggung kelemahan orang lain.. Ketiga kedewaasan diukur dari kemampuan menjalani kesulitan. Tidak mudah menyerah dan tidak mudah menyalahkan orang lain, saat menghadapi kesulitan. Selanjutnya ia telah teruji mengatasi kesulitan yang dihadapi. Keempat kedewasaan dilihat dari kemampuan untuk mengutamakan orang lain.Orang yang tidak menempatkan orang lain lebih penting dari dirinya, sulit menikah. Ia akan menjadikan pasangan sebagai obyek pemuas. Dia bisa berkata, " Aku tidak bisa hidup tanpamu", tanpa berpikir apakah pasangannya juga bisa hidup dengannya.
Selain kedewasaan psikis, ia perlu juga memiliki kedewasaan rohani. Semestinya jika ia dewasa secara rohani, ia juga dewasa secra psikis. Dewasa rohani adalah relasi yang dekat dengan Sang Pencipta, dan karena itu sifat-sifat sang pencipta nampak dalam dirinya. Kepekaan mendengan suara sang pencipta, kekudusan, kerendahan hati, kemampuan hidup untuk orang lain, kepekaan akan kebutuhan orang lain, dan seseorang yang memiliki sikap psositif menghadapi hal-hal negatif, karena menyadari itu sebagai keadaan yang diatur oleh yang mahakuasa.
Selanjutnya dia juga perlu dewasa secara ekonomi. Ia sudah mandiri secara ekonomi, tidak punya kebiasaan berhutang, dan orang yang siap untuk berbagi milik dengan orang lain. Apabila seorang pria, dia siap untuk bertanggung jawab membiayai keluarga yang dibentuk.
Perasaan tertarik
Dalam pernikahan penting adanya rasa tertarik. Rasa tertarik sebaiknya didasarkan kepada hal-hal yang fundamental. Tertarik kepada fisik tidak salah. Akan tetapi perlu disadari fisik akan berubah. Usia 35 tahun ke atas fisik akan cenderug berubah. Wanita yang memilki anak, tidak semua bisa kembali langsing. Rambut pria bisa mulai rontok dan perut bisa membesar. Â Kerena itu sebaiknya tertarik itu kepada nilai-nilai hidupnya dan wataknya.