Mohon tunggu...
Asep Gunawan
Asep Gunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Baru-baru ini suka membaca dan mengerjakan soal matematika dasar (setelah menonton COC Ruang Guru). Suka traveling dan menguasai Bahasa Inggris dan Turki.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjebak di Stasiun Masa Lalu

4 Agustus 2024   15:53 Diperbarui: 4 Agustus 2024   15:54 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata Dainaka mengalir deras. Ia teringat keluarganya, teman-temannya, dan kehidupan normalnya yang kini terasa begitu jauh.

Hari-hari berlalu, dan Dainaka mulai menerima kenyataan pahit bahwa ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali. Ia belajar untuk berkomunikasi dengan para arwah, mendengarkan kisah-kisah mereka tentang penderitaan di masa lalu.

Anneke sering mendekatinya, masih dengan tawaran yang sama. Namun Dainaka selalu menolak. Ia tahu, menerima tawaran itu berarti menyerah pada takdirnya yang baru.

Suatu malam, saat stasiun itu diselimuti kabut tipis, Dainaka memutuskan untuk kembali menyusuri rel kereta. Ia berjalan dan terus berjalan, berharap mungkin kali ini ia bisa menemukan jalan keluar.

Namun rel itu seolah tak berujung. Ia berjalan selama berhari-hari, tapi selalu kembali ke stasiun yang sama. Putus asa, ia jatuh berlutut di atas rel, menatap jam tangan emas yang masih melingkar di pergelangan tangannya.

"Mengapa?" bisiknya lirih. "Mengapa aku harus terjebak di sini?"

Tiba-tiba, jam itu bersinar terang. Dainaka merasakan tubuhnya menjadi ringan, seolah melayang. Ketika ia membuka mata, ia mendapati dirinya kembali di tepi hutan, di tempat ia pertama kali menemukan jam itu.

Dengan tangan gemetar, Dainaka melepas jam tangan itu dan meletakkannya kembali di antara bebatuan. Ia berlari sekuat tenaga, meninggalkan rel kereta dan hutan itu sejauh mungkin.

Sejak hari itu, Dainaka tidak pernah lagi mendekati rel kereta tua itu. Namun pengalamannya di stasiun hantu itu telah mengubah hidupnya. Ia menjadi lebih menghargai setiap detik kehidupan yang ia miliki, dan berjanji untuk selalu menghormati sejarah dan perjuangan para pendahulunya.

Sementara itu, jauh di dalam hutan, jam tangan emas itu masih tergeletak di antara bebatuan, menunggu korban berikutnya yang akan terjebak dalam dunia antara kenyataan dan mimpi buruk sejarah.

Biografi singkat penulis : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun