Kecantikan perempuan di mata lelaki itu memang sesuatu yang nisbi, relatif. Dan di dalam benak saya, ya, cantik itu sifatnya inheren pada semua perempuan, tanpa terkecuali.
Berbeda lagi jika kita melongok kembali ke era 70-an, di mana semasa itu lelaki Manggarai punya kriteria yang cukup unik dalam menentukan kecantikan seorang istri, yakni memiliki betis besar dan punggung yang lebar.
Konon, selain cantik, perempuan yang memiliki ciri fisik seperti itu adalah tipe perempuan berkarakter sekaligus memiliki etos kerja luar biasa. Jadi, jelas sudah bahwa keunggulan fisik tertentu itulah yang menjadi penentu.
Akan menjadi lain misalnya di zaman kiwari, di mana selera istri idaman lelaki Manggarai sudah semakin kompleks, pararel dengan bidang kehidupan masyarakat yang kian beragam. Ya, sudah jamak seiring bergantinya zaman.
Lebih lanjut, pandangan orang Manggarai zaman dulu soal istri idaman memang kudu menjadi trand di masanya. Hal tersebut mirip-miriplah standar kecantikan perempuan seperti saat ini, yaitu memiliki kuping lancip, dagu silinder, alis harimau, suka TikTokan sambil goyang duyung, dlsb. heu heu heu [becanda]...
Lantaran di zaman 70-an itu, lelaki Manggarai masih dikotomi oleh nilai-nilai budaya agraris yang sudah terlanjur diinternalisasikan, mendarah daginb. Sehingga sabab itu pulalah yang turut serta membentuk sikap mereka dalam memilih pasangan hidup dengan kriteria-kriteria tertentu.
Maka dari itu, memiliki istri yang punya betis besar dan punggung lebar, bagi lelaki Manggarai adalah sebuah keberuntungan tersendiri karena kelak bisa membantu mereka bekerja dan/atau mencari nafkah di sawah dan ladang.
Di satu sisi, dalam rumah tangga petani tradisional Manggarai, selain pihak laki-laki [suami dan anak], perempuan [istri dan anak] merupakan tenaga kerja utama. Hang tentunya dibantu juga oleh hewan peliharaan seperti kerbau atau kuda, khususnya dalam membajak sawah dan mengangkut beban.
Meski demikian, petani tradisional Manggarai tetaplah mengenal adanya azas dan pembagian tugas berdasarkan gender dalam rumah tangga. Semisal, tugas laki-laki adalah membajak sawah dan/atau mencangkul. Sementara perempuan menanam bibit hingga menyiangi rumput.
Wina data Manggarai, ata mbereh"[istri orang Manggarai itu berkarakter dan pekerja keras]
Itulah idiom yang diilhami oleh masyarakat Manggarai tempo dulu. Sehingga bertolak dari pandangan itu juga para orangtua kerap menganjurkan anak-anak lelakinya untuk mempersunting istri yang punya betis besar dan punggung lebar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!