Lebih daripada itu, amor fati: mencintai takdir. Saya anggap terpilihnya [lagi] saya sebagai nomine BiCJ pada ajang kompasianival tahun ini adalah bagian dari takdir itu sendiri. Kendati takdir itu tidak di bawah kendali saya [not up to me, stoikisme]. Jadi, ya, apapun yang terjadi, terjadilah. Saya tak punya kuasa atasnya. [ehem.. bijak kalipun].
O iya, saya secara pribadi merasa tersanjung terpilih lagi tahun ini. Apalagi didudukkan sejajar kompasianer bertaraf, seperti Kae Neno, Bang Fauji, Pak Wuri, dan Pak Widi.
Saya juga tidak mau memaknai event kali ini sebagai ajang kontestasi yang sarat dengan persaingan. Tidak, tentu saja. Melainkan, menjadikan rekan-rekan sesama nominee sebagai rekan obrolan ide di kompasiana. Itu saja.
Dan yang tak kalah hebatnya adalah para sahabat kompasianer yang "kurang kerjaan" karena sudah repot-repot memvoting nama saya di program awal. Terima kasih banyak. Ingin saya peluk satu per satu [sambil cipika-cipiki tentunya], tapi tak dinyana terhalangi oleh masker wajah. Heu heu heu
Terima kasih pula untuk kaka Admin kompasiana yang dengan gesit mengadakan event/ritual tahunan membanggakan ini.
Semoga kita semua selalu sehat walafiat dan semakin militan menjalani hidup. Dangke banyak lai....
Salam Cengkeh & Ngopce
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H