Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berdamai deng Ex-Pacar? Bisa To!

2 November 2021   21:33 Diperbarui: 2 November 2021   22:35 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sa pu teman itu kalau sedang telpon deng dia pu ex-pacar suka emosi tra jelas. Itu nama-nama hewan di kebun binatang disebut semua. Kasar kalilah mulut kawan itu.

Namun, dia pu ex-pacar responnya kalem dan tra ngegas balik. Mungkin karena dasarnya perempuan cerdas secara emosi, sehingga bawaannya adem.

Tapi, tahu sendirilah persasaan perempuan to. Kalau kata-kata kawan itu sudah kelewatan, itu nona pasti menangis juga.

Dan, sa tahu persis situasinya, lantaran sa sering memergoki sang teman menelpon ex-pacar adiratnya itu. Bahkan, tra berhenti di situ, tatkala melihat foto si nona yang lewat di beranda medsos, itu kawan selalu mengumpat.

Sebagai teman baik, tentu sa wajib menegur itu kawan pu cara komunikasi. Sa menginterupsi bukan berarti sa lebih baik dari dia. Tra begitu maksudnya.

Lebih lanjut, sa pu teman suka ngegas pada si nona karena dipicu oleh rasa sakit hati seusai itu nona kasih putus hubungan. Perih kali tentunya hati kawan itu. Seperti tersayat pisau.

Sampai pada titik itu, sebagai lelaki sa paham situasi batinya. Karena harus diakui memang, orangnya amat setia meski agak tempramental.

Jadi, dalam ranah itu, sa hanya memilih untuk berdiri di tengah. Plus sa juga enggan mengajak keduanya untuk balikkan, takut nantinya hubungan mereka makin tak sehat.

Berdamai deng Ex-Pacar

Membangun komunikasi baik deng ex-pacar memang gampang-gampang susah ee. Apalagi cerita perpisahan itu meninggalkan jejak suram, tra enak betul.

Tapi, sebenarnya bisa to. Dalam hal ini, sa mencontohkan diri sa sendiri. Ya, karena sa pernah mengalaminya juga.

Namun, yang ada di dalam sa pu kepala, selagi sa belom kasih belis itu nona, maka santai saja. Dia memilih pergi juga tra apa [walau sebenarnya tra rela juga oo].

Atau bertolak dari pameo 'dia bukan sa pu jodoh' [lah, berarti situ jaga orang pu jodoh dong!] Heu heu heu..

Makanya, sa takut sekali jatuh cinta terlalu dalam pada seseorang. Sa takut, apabila su terlajur sayang dan tiba-tiba putus di tengah jalan, malah nanti sa bisa gila karena gagal untuk move on.

Itu yang pertama. Yang kedua, sa takut kelak sa akan menjadi pribadi pembenci, serta menarik garis batas [baca: tra berkomunikasi] deng nona lagi.

Benar memang, bilamana manusia itu adalah mahluk yang rapuh. Tetapi, sa pu akal budi selalu menuntun sa pada sebuah horizon pemahaman akan pentingnya pengendalian dan/atau mawas diri. Ehem..

Yang ingin sa katakan bahwa, terlepas dari status seseorang, komunikasi baik itu sangat penting, kawan. Sebab, komunikasi baik itu berimplikasi pada perbaikan hubungan to. Sukur-sukur bisa balikkan lagi, bila itensinya memang demikian to.

Jadi, jang lagi merasa diri bahwa sa paling benar dan ko yang salah. Tra baik itu. Justru membuat hubungan semakin ruyam. Bukan begitu?

Aih.. sudah dolo ee. Sa su terlanjur banyak omong ni malam, hampir lupa putar kopce.:)

[Nb: sama sekali bukan tulisan menggurui, apalagi menasihati].*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun