Sa pu teman itu kalau sedang telpon deng dia pu ex-pacar suka emosi tra jelas. Itu nama-nama hewan di kebun binatang disebut semua. Kasar kalilah mulut kawan itu.
Namun, dia pu ex-pacar responnya kalem dan tra ngegas balik. Mungkin karena dasarnya perempuan cerdas secara emosi, sehingga bawaannya adem.
Tapi, tahu sendirilah persasaan perempuan to. Kalau kata-kata kawan itu sudah kelewatan, itu nona pasti menangis juga.
Dan, sa tahu persis situasinya, lantaran sa sering memergoki sang teman menelpon ex-pacar adiratnya itu. Bahkan, tra berhenti di situ, tatkala melihat foto si nona yang lewat di beranda medsos, itu kawan selalu mengumpat.
Sebagai teman baik, tentu sa wajib menegur itu kawan pu cara komunikasi. Sa menginterupsi bukan berarti sa lebih baik dari dia. Tra begitu maksudnya.
Lebih lanjut, sa pu teman suka ngegas pada si nona karena dipicu oleh rasa sakit hati seusai itu nona kasih putus hubungan. Perih kali tentunya hati kawan itu. Seperti tersayat pisau.
Sampai pada titik itu, sebagai lelaki sa paham situasi batinya. Karena harus diakui memang, orangnya amat setia meski agak tempramental.
Jadi, dalam ranah itu, sa hanya memilih untuk berdiri di tengah. Plus sa juga enggan mengajak keduanya untuk balikkan, takut nantinya hubungan mereka makin tak sehat.
Berdamai deng Ex-Pacar
Membangun komunikasi baik deng ex-pacar memang gampang-gampang susah ee. Apalagi cerita perpisahan itu meninggalkan jejak suram, tra enak betul.
Tapi, sebenarnya bisa to. Dalam hal ini, sa mencontohkan diri sa sendiri. Ya, karena sa pernah mengalaminya juga.
Namun, yang ada di dalam sa pu kepala, selagi sa belom kasih belis itu nona, maka santai saja. Dia memilih pergi juga tra apa [walau sebenarnya tra rela juga oo].