Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Harga Cengkeh Mulai Naik, Bisakah Tembus Rp100.000 per kg?

27 April 2021   16:06 Diperbarui: 28 April 2021   12:52 2710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini, harga cengkeh di beberapa wilayah/kota di Indonesia mulai ada tanda-tanda membaik. Persisnya perubahan harga ini terjadi jelang musim panen cengkeh yang akan dimulai sekitar Juni atau Juli mendatang.

Di Labuan Bajo sendiri, harga cengkeh sudah merangkak naik dari Rp53.000,00 ke Rp60.000,00. Setidaknya, sedikit membaik dari harga bulan Januari--Maret kemarin.

Di tengah euforia harga cengkeh yang mulai membaik di bulan April ini, serumpun petani cengkeh di Labuan Bajo berharap semoga kelak harga cengkeh kering bisa tembus ke Rp100.000,00 per kg. Syukur-syukur bisa lebih dari itu.

Saya pikir, tidak ada yang salah dengan apa yang menjadi harapan petani cengkeh ini. Lantaran, ada kecendrungan harga cengkeh yang terjungkal selama ini impas dengan biaya produksi. Petani merugi tentu saja dan bahkan tidak mampu lagi mengupah buruh petik cengkeh.

Di Labuan Bajo, upah harian per buruh petik adalah Rp80.000,00. Itu belum termasuk biaya makan minum, rokok dan transport. Yang jika dikalkulasikan per orangnya bisa Rp110.000,00.

Dari hitung-hitungan itu, misalnya sehari kita mengupah 10 orang buruh, tinggal dikalikan saja berapa pengeluaran hanya untuk mengupah buruh. Sementara pemetikan cengkeh biasanya berlangsung berbulan-bulan.

Bonyoklah petani cengkeh apabila pengeluaran semasa panen yang besar itu tidak diimbangi (impas) dengan harga jual produk cengkeh kering di pasaran.

Belum lagi, misalnya, berbicara tentang sistem pengupahan buruh petik di tempat lain. Yang konon, lebih mahal lagi dari kami petani cengkeh di Labuan Bajo.

Bertolak dari hal itu, sebagai upaya menyiasati besarnya pengeluaran semasa panen, petani lebih memilih untuk membiarkan beberapa pohon cengkehnya untuk tidak dipetik. Ada banyak kejadian seperti ini saya pikir.

Baca juga: Ini 4 Tanaman Tumpang Sari yang Bisa Ditanami di Sela-sela Pohon Cengkeh

Meski demikian, dari laman facebook Kementan beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah infografis tentang ekspor rempah-rempah ke luar negeri. Salah satunya adalah cengkeh.

Tapi, amat disayangkan, ihwal di dalam infografis itu tidak menyertakan dan/atau secara spesifik menyebutkan berapa besaran nilai ekspor cengkeh. Maksud saya, hal itu penting supaya tidak terkesan setengah-setengah dalan menyampaikan informasi kepada publik. Biar afdol!

Namun, terlepas dari kekurangan data-data itu, pemerintah Pusat beserta Kementan perlu diapresiasi karena telah memasukkan cengkeh sebagai salah satu komoditi ekspor. Setidaknya, hal itu akan membantu petani dalam memasarkan produk pertaniannya, berikut mendongkrak nilai jual cengkeh di tengah petani lokal.

Lebih lanjut, saya juga menduga, anjloknya harga cengkeh beberapa tahun terakhir ini terjadi karena pabrik rokok membatasi produksinya. Mengingat hampir 93 persen cengkeh petani lokal diserap sepenuhnya oleh industrik rokok dalam negeri.

Nah, imbasnya penyerapan cengkeh di tengah petani lokal tidak lagi merata dan pada akhirnya banyak cengkeh yang terbengkelai di gudang penyimpanan karena petani masih urun menjual mengingat harga cengkeh sedang anjlok.

Dan, lagi-lagi, langkah untuk membuka kran ekspor cengkeh oleh Kementan dalam hal ini saya pikir perlu di acungi jempol. Satu sisi, upaya ini dilakukan untuk menghindari over supply cengkeh di tengah petani lokal.

Baca juga: Inilah Alasan di Balik Pohon Cengkeh Berbunga Lebih Cepat Tahun Ini..

Sampai di sini, yang ingin saya katakan bahwa, langkah ekspor cengkeh merupakan jawaban pemerintah yang seharusnya ditonjolkan di tengah harga cengkeh petani yang anjlok. Pemerintah juga dirasa perlu bekerja sama dengan dinas pertanian di masing-masing daerah sehingga proses penyerapan cengkeh di tengah petani lokal menjadi mudah.

Saya kira, satu saja permintaan tulus petani kita di negeri ini, yakni mereka hanya ingin usaha pertaniannya dihargai dengan sewajarnya. Tidak lebih.(*)

Salam Cengkeh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun