Usaha tani cengkeh memiliki beberapa tahapan yang bisa juga disebut dengan pemeliharaan tanaman, panen, dan pascapanen.
Pada setiap tahapan dalam usaha tani cengkeh membutuhkan alokasi kerja dan alokasi waktu yang tentunya berbeda-beda.
Pada tulisan sebelumnya saya telah mengidentifikasi pola relasi gender, perempuan dan laki-laki, dalam struktur alokasi kerja dan alokasi waktu dalam rumah tangga petani cengkeh Manggarai.
Dalam usaha tani berbasis rumah tangga petani cengkeh Manggarai, anggota keluarga merupakan tenaga kerja utama, dimana anggota keluarga laki-laki (suami dan anak) dan perempuan (istri dan anak) sama-sama terlibat.
Demikian bila kita menghela narasi seputar pascapanen cengkeh di Manggarai.
Pada tahapan ini semua anggota keluarga ikut nimbrung dalam proses penyortiran, penjemuran/pengeringan hingga penjualan.
Sementara pada rumah tangga dimana hanya perempuan yang terlibat, maka perempuan melakukan proses penyortiran hingga pengeringan tanpa bantuan laki-laki (suami).
Maka dari itu, perempuan acap kali mengupah tenaga kerja lain, yang adalah perempuan juga, untuk membantunya.
Hal ini dikarenakan pihak laki-laki merasa kehabisan tenaga setelah seharian melakukan panen sehingga pada sore atau malam hari lebih memilih untuk beristirahat.
Pascapanen ditandai juga dengan bunga cengkeh yang telah di panen dan siap diolah ke tahapan selanjutnya.
Setelah melalui berbagai tahapan ini, cengkeh bisa langsung di jual atau di simpan dalam waktu yang lama (5-7 tahun), tergantung si petani cengkehnya.