Pada suatu sisi, hal ini merupakan narasi dramatis dan ironis yang panjang dan menjadi perkara menahun di Labuan Bajo, yang konon telah menjadi daerah wisata super prioritas.
Terlepas dari tetek-bengeknya persoalan air di Labuan Bajo, fakta yang sama juga mendera masyarakat desa. Mereka juga sedang kesulitan swasembada air. Picunya karena luas hutan semakin berkurang karena pembabatan hutan secara tidak bertanggung jawab.
Imbasnya, debit mata air untuk irigasi sawah mengurang, gagal panen dan produktivitas hasil pertanian menurun.
Sebagai masyarakat berbudaya dan berTuhan, seyogianya kita tidak boleh menjajah alam ini dengan semaunya. Ketika kita kelewat serakah, alam pasti punya cara untuk mempertahankan eksistensinya dengan cara yang di luar nalar kita manusia.
Maka dari itu, mari manfaatkan air dengan sebaik-baiknya dan jaga alam dan lingkungan di sekitar kita supaya tetap asri dan berkesinambungan. Kira-kira begitu.
Sekali lagi, Selamat Hari Air 22 Maret 2020.
Salam Cengkeh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H