Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga Cengkeh yang Membuat Perut Mual

23 Februari 2020   22:35 Diperbarui: 24 Februari 2020   00:30 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi petani yang pasrah dengan harga cengkeh

Disini pemerintah memiliki andil yang besar dalam mematok standarisasi harga dipasaran. Ya pemerintah punya fungsi etatisme kalitalis. Mempunyai wewenang dalam menerapkan kebijakan yang setidaknya fair dan menguntungkan kedua belah pihak (petani dan pengusaha).

Tapi yang terjadi selama ini ialah kebijakan pemerintah cendrung friendly ke pengusaha. Sehingga secara tidak langsung menjadikan kapitalis sebagai pemain tunggal di pasar.

Apa lagi bila berbicara tentang Perda yang melindungi usaha petani. Wadaw jauuuh buanget!. Kalau pun ada Perda dan perangkat hukum yang mengatur, saya pikir mubazir dan hanya polesan gincu semata.

Fakta yang ada didepan mata memang demikian. Satu-satunya harga beli yang berlaku dipasaran adalah harga yang ditentukan oleh pembisnis. Jadi seenak udel mereka saja.

Cengkeh kering
Cengkeh kering

Ada beberapa teman petani cengkeh di Sulawesi yang sempat curhat-curhatan dengan saya. Dikatakannya, pada saat musim panen Januari 2020 kemarin, tidak semua pohon yang berbuah mereka petik. Hanya sebagiannya saja.

Hal ini dilakukan lantaran harga cengkeh dipasaran yang tidak sebanding dengan pengeluaraan pada saat musim panen. Artinya mereka rugi. 

Lain halnya dengan pohon cengkeh kepunyaan kami di Manggarai, Flores. Jumlahnya memang hanya seupil dibandingkan dengan di Sulawesi.

Tapi kasihan juga sih bila tidak dipetik. Wong nanamnnya dulu setengah mati dan berkeringat darah. Tergantung pribadinya sih

Sebagai penutup, saya sendiri sekiranya sudah hampir bosan dengan napas 'senin-kamis' karena berkeluh kesah dengan hal-hal yang sama melulu. Percuma juga sih sebenarnya bila menulis panjang lebar sampai jari saya jetlek. 

Hemm...Tapi entahlah, apa mau dikata..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun