Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Laju Teknologi Menggeser Komunikasi antara Ibu dan Anak

7 Mei 2024   07:29 Diperbarui: 7 Mei 2024   07:58 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis: Naurin Haqqi Fahira

Kelas: X 2A

-------------------------

Era disrupsi adalah sebuah keharusan. Dua tahun pandemi Covid -19 yang terjadi di dunia, tidak terkecuali di Indonesia telah membelajarkan banyak hal. Diantara hikmah yang bisa disimpulkan adalah pentingnya beradaptasi dengan teknologi. Teknologi telah masuk dalam setiap sisi kehidupan manusia, menandai serangkaian perubahan sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan manusia. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi.

Teknologi terus menerus menghasilkan berbagai macam jenis gadget. Penggunaan gadget seringkali terjadi secara berlebihan dan mempengaruhi berbagai aspek lingkup kehidupan. Lingkungan terdekat yang dikenai pengaruh oleh penggunaan gadget adalah keluarga. Keluarga yang notabene memiliki tanggung jawab terhadap sesama anggota lainnya menjadi terganggu karena penggunaan gadget yang berlebihan.

Perkembangan teknologi sangat cepat mempengaruhi gaya interaksi sosial untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Mulai dari interaksi antara anak dan orang tua, tetangga, teman, dan masyarakat. Adanya perbedaan dan perubahan komunikasi dan kontak sosial yang terjadi di dalam keluarga sebelum dan sesudah penggunaan gadget pada anggota keluarga dapat mempengaruhi pola interaksi sosial dalam keluarga secara menyeluruh.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2023, 79,5% dari total penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Dilampir dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasionel (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan data bahwa setidaknya 12,43%  dari pengguna internet adalah kelompok usia anak-anak 5-12 tahun, disusul kelompok usia pelajar yaitu usia 16-18 tahun (7,47%) dan 13-15 tahun (6,77%). Mengartikan sekitar 59 juta anak dan remaja menjadikan gadget sebagai pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan.

Menurut Santrock (2002), remaja (Adolescence) merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Teori psikologi perkembangan menjelaskan bahwa usia remaja merupakan masa dimana terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian (Fagan, 2006). Memperlihatkan bahwa remaja sangat mudah dipengaruhi oleh sekitarnya.

Penggunaan teknologi gadget pada saat ini tidak mengenal umur. Orang tua sengaja memberikan gadget kepada anaknya untuk kemudahan komunikasi, namun anak-anak terkadang salah menggunakannya. Anak-anak yang sering menggunakan teknologi, seringkali lupa dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih memilih berhadapan dengan teknologi canggih, dibandingkan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini akan membuat sang anak memiliki kekurangan komunikasi dengan masyarakat sekitar.
            Untuk membuktikan bahwa penggunaan gadget dapat mengganggu interaksi sosial antara keluarga, penulis membuat 2 jenis google form berbeda dengan responden yang berbeda pula yaitu pihak remaja berusia 13-16 tahun dan pihak ibu. Hal ini di upayakan untuk mempermudah penulis mengambil penilaian dari sisi ketiga dari kedua sudut pandang. Dengan menjadikan Google form sebagai sarana angket akan membuat masing-masing pihak dapat menjawab dengan jujur tanpa terganggu dan khawatir akan pandangan yang orang lain berikan akan jawaban yang diberikan.

Google form pertama berisikan 4 pertanyaan yang ditanyakan kepada 37 responden dari pihak remaja. Pertanyaan pertama berisikan pernah tidaknya responden tidak menjawab telepon dari sang ibu. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan kedua yang berisikan alasan mengapa ia tidak menjawab telepon dari sang ibu. Pertanyaan ketiga berisi pernah tidaknya responden tidak segera menjawab pesan dari sang ibu. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan keempat yang berisi alasan ia melakukan tindakan tersebut.
            Hasil dari survey responden remaja memperlihatkan 28 dari 37 remaja pernah tidak mengangkat telepon dari ibunya. Dari hasil angket yang menyatakan 76% remaja tidak mengangkat telepon dari ibunya memberikan 5 alasan tertinggi yaitu sedang bermain dengan teman, malas menjawab, handphone menggunakan mode silent, sedang ada kesibukan seperti belajar, bermain game, berkendara, dan terakhir yaitu sedang tertidur.
            Survey juga menunjukan 25 dari 37 remaja pernah tidak segera menjawab pesan dari sang ibu. Presentase yang menunjukan 68% remaja yang pernah tidak segera menjawab pesan dari ibunya memberikan 3 alasan tertinggi yaitu sedang tertidur, malas menjawab dan tidak munculnya notif pesan dalam hp sehingga sang anak tidak mengetahui ada pesan yang masuk.
            Google form yang kedua berisikan 4 pertanyaan yang ditanyakan kepada 21 responden dari pihak ibu. Pertanyaan pertama berisikan pernah atau tidak sang anak tidak menjawab telepon darinya. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan kedua yang berisikan konfirmasi alasan sang anak tidak bisa menjawab telepon darinya. Pertanyaan ketiga berisikan pernah atau tidak sang anak tidak segera membalas pesan yang ia kirimkan. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan keempat yang berisi konfirmasi sang anak terhadap alasan mengapa ia tidak segera menjawab pesan dari ibunya.

Hasil dari survey responden ibu menunjukan bahwa 19 dari 21 anak pernah tidak menjawab telepon sang ibu. Dinyatakan bahwa 86% anak mengkonfirmasi tidak menjawab telepon karena alasan tidur, adanya kesibukan seperti sedang berkendara, dan hp sedang berada dalam mode silent. Survey juga menunjukan bahwa 15 dari 21 anak pernah tidak segera membalas pesan dari sang ibu. Dari hasil angket yang menunjukan 68% anak tidak segera menjawab pesan dari sang ibu terkumpul 5 jawaban konfirmasi yaitu anak diam saat ditanya, sedang melakukan kegiatan lain, dan hp sedang berada dalam mode silent atau tidak mengetahui pesan yang masuk.

Dengan demikian dapat dilihat pengaruh atas penggunaan gadget tersebut terhadap interaksi sosial pada ibu sebagai perwakilan orang tua dan anak. Komunikasi yang berkualitas tidak terbangun. Untuk pertanyaan pertama, pertanyaan sama di anak diperoleh 76%, sedangkan di pihak ibu memperoleh 86%, yang berarti selisih 10% adalah bahwa pengakuan data dari pihak para ibu jauh lebih tinggi dibanding anak. Penulis menilai dugaan keluhan dari persepsi orang tua lebih tinggi dan merasa terganggu akan hal tersebut. Gadget yang seharusnya menjadi sarana pemudah komunikasi, malah menjadi pengganggu dan memberikan dampak negatif pada anak. Banyak orang tua yang setuju bahwa dampak negatif gadget menghasilkan komunikasi anak dengan orang tua yang kurang baik seperti intensitas komunikasi anak dengan orang tua semakin kurang.

Pada pertanyaan kedua, pertanyaan sama di anak diperoleh hasil 68%, sedangkan di pihak ibu memperoleh hasil 68%, yang berarti menunjukan kesamaan data dari pihak ibu maupun anak. Sehingga penulis menilai dugaan bahwa pesan komunikasi pada gadget pada anak bisa tersampaikan dengan baik pada sang ibu. Dengan ini membuktikan bahwa gadget sebagai sarana komunikasi bisa memberikan dampak positif kelancaran komunikasi dan konfirmasi pada interaksi anak dan orang tua, jika penggunaan dilakukan dengan benar tanpa berlebihan.
            Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa teknologi yang seharusnya mempermudah komunikasi tidak serta merta membuat komunikasi menjadi lancar, fakta dapat dibuktikan dengan data hasil survey. Banyaknya keluhan dari orang tua dengan penggunaan gadget yang mengganggu komunikasi pada presentase menghasilkan 86% jawaban setuju. Pengaruh luasnya informasi pada internet mempengaruhi perilaku, karakter, dan emosi psikologi sang anak yang membuatnya merasa malas dan memiliki rasa kepedulian yang rendah terhadap pesan dari orang tua ditunjukan pada presentase 76% pada survey.

Pada umumnya komunikasi anak remaja dengan orang tua berjalan dengan baik karena kejadian-kejadian atau hal-hal baru yang remaja temukan membutuhkan banyak saran dan arahan dari orang tua terhadap langkah yang akan dilanjutkan di masa yang akan datang. Namun setelah anak mulai menggunakan gadget dan penggunaan gadget anak tanpa batasan waktu dan kurangnya pengawasan orang tua maka komunikasi anak dengan orang tua jadi berkurang dikarenakan anak terlalu asik dengan gadgetnya dan disaat orang tua berbicara anak kurang memperhatikan dan tetap sibuk dengan gadget.

Pergeseran komunikasi akibat perkembangan teknologi membuat gesekan kecil yang memberikan pengaruh besar pada hubungan anak dan orang tua. Komunikasi antara anak dengan orang tua sangat dikenai pengaruh oleh teknologi. Dengan kurangnya bimbingan dan dorongan orang tua kepada anak membuat dampak negatif memiliki peluang yang lebih besar untuk mempengaruhi anak. Dampak penggunaan gadget membuat kemampuan psikomotorik anak berkurang. Kemampuan psikomotorik ini erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam menggerakkan dan menggunakan otot tubuhnya, kinerja, imajinasi, kreativitas, dan karya-karya intelektual seperti berolahraga. Namun pengaruh gadget membuat anak kehilangan minat dalam melakukan aktivitas seperti olahraga hingga lebih memilih menelusuri hal apa saja yang terjadi pada internet. Dampak yang dirasakan dari fenomena ini dapat ditinjau dari meningkatnya kasus pornografi, LGBT, perundngan (bullying) dan lainnya, yang mengakibatkan kerusakan moral dan mental generasi muda.

Tidak hanya itu, kesulitan berkomunikasi pada anak bisa kita temukan pada kehidupan sehari-hari. Anak-anak seharusnya suka bermain diluar rumah bersama dengan temannya yang secara tidak langsung melatih kemampuan anak dalam berkomunikasi dan juga bersosialisasi. Dikarenakan penggunaan gadget tanpa batas pada anak membentuk rasa malas dan menghilangkan waktu untuk bersosialisasi pada sekitarnya. Hal ini membentuk pola pemikiran "hal jauh menjadi dekat, hal dekat menjadi jauh" dan miskomunikasi akan terjadi karena dasarnya anak akan selalu bercerita mengenai lingkungannya pada orang tua yang berakhir memendam dan memilih untuk mengekspresikannya pada gadget.

Diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan agar tetap menggunakan internet lewat gadgetnya dengan cerdas. Untuk membimbing anak tentu saja harus ada komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua. Komunikasi yang dimaksudkan adalah gambaran komunikasi orang tua dengan anak setelah dan sebelum anak menggunakan gadget. Orang tua dapat membuat kesepakatan pembatasan gadget mengenai kapan dan berapa lama penggunaan gadget dilakukan dengan berdiskusi bersama anak-anak mereka. Pengawasan dan bimbingan juga perlu dilakukan tanpa merusak privasi sang anak. Upayakan untuk mengoptimalkan komunikasi manual dengan anak, untuk membangun kultur komunikasi yang baik di keluarga.

Proses perubahan pada anak-anak biasanya tidak disadari orang tua, namun sangat dirasakan oleh anak-anak. Pada waktu orang tua menyadari kekurangan tersebut, keadaan sudah terlanjur parah untuk diselamatkan. Oleh karenanya pengembangan dan didikan akhlak perlu diterapkan pada anak guna menumbuhkan kesadaran pada anak sehingga bisa menyaring informasi yang baik untuk dirinya dalam penggunaan gadget. Kerjasama kedua pihak perlu dilakukan dalam mewujudkan penggunaan gadget yang baik dan bijaksana.

Daftar pustaka

  • Hidayati, F, dkk. 2020. Mengenali dan Mengembangkan Potensi Remaja. Malang: UIN Maliki Press.
  • Inda Lestari, Agus Wahyudi Riana, Budi M. Taftazani : PENGARUH GADGET PADA INTERAKSI SOSIAL DALAM KELUARGA.

https://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/13280

Universitas Tanjungpura Pontianak.
https://media.neliti.com/media/publications/190445-ID-interaksi-orang-tua-dengan-anak-dalam-me.pdf

Kementrian komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 2014. Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan Remaja Dalam Menggunakan Internet. Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia. Jakarta 18 Februari 2014.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/3834/siaran-pers-no-17pihkominfo22014-tentang-riset-kominfo-dan-unicef-mengenai-perilaku-anak-dan-remaja-dalam-menggunakan-internet/0/siaran_pers

Liputan6. 2013. Pengaruh Perkembangan Teknologi Dalam Kehidupan Manusia.
https://www.liputan6.com/citizen6/read/553984/pengaruh-perkembangan-teknologi-dalam-kehidupan-manusia

Ruba'i Majid (Mahasiswa FIA UNW Mataram). 2018 : Dampak Teknologi dan Komunikasi Terhadap Hubungan Keluarga.
https://www.lpwntb.or.id/dampak-teknologi-dan-komunikasi-terhadap-hubungan-keluarga/

Antonius SM Simamora, Irawan Suntoro, Yunisca Nurmalisa). PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP DAMPAK PENGGUNAAN GADGET PADA ANAK USIA PENDIDIKAN DASAR.

https://media.neliti.com/media/publications/248242-persepsi-orangtua-terhadap-dampak-penggu-172dad36.pdf

Naurin. 2022 : Survey data komunikasi siswa dengan ibu.
https://docs.google.com/forms/d/1MxRm6e5zccUrAt2s8ie4QeBQKQfg8mxbyr_Z2FIZoFk/edit

Naurin. 2022 : Survey data komunikasi ibu dengan anak.
https://docs.google.com/forms/d/1zp36KamP0VEu0BW1B54mVIpsrln4JCJlMp7HHwt-QQo/edit

Kementrian komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. "Anak-Anak Pengguna Internet Terus Bertambah" https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/6744/Anak-Anak+Pengguna+Internet+Terus+Bertambah/0/sorotan_media

Databoks. 2023. Persentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah Mengakses Internet* Berdasarkan Kelompok Umur (2022) https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/09/06/mayoritas-pengguna-internet-di-indonesia-berasal-dari-kelompok-usia-pekerja

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun