Penulis: Naurin Haqqi Fahira
Kelas: X 2A
-------------------------
Era disrupsi adalah sebuah keharusan. Dua tahun pandemi Covid -19 yang terjadi di dunia, tidak terkecuali di Indonesia telah membelajarkan banyak hal. Diantara hikmah yang bisa disimpulkan adalah pentingnya beradaptasi dengan teknologi. Teknologi telah masuk dalam setiap sisi kehidupan manusia, menandai serangkaian perubahan sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang bermanfaat untuk mempermudah semua aspek kehidupan manusia. Dunia informasi saat ini seakan tidak bisa terlepas dari teknologi.
Teknologi terus menerus menghasilkan berbagai macam jenis gadget. Penggunaan gadget seringkali terjadi secara berlebihan dan mempengaruhi berbagai aspek lingkup kehidupan. Lingkungan terdekat yang dikenai pengaruh oleh penggunaan gadget adalah keluarga. Keluarga yang notabene memiliki tanggung jawab terhadap sesama anggota lainnya menjadi terganggu karena penggunaan gadget yang berlebihan.
Perkembangan teknologi sangat cepat mempengaruhi gaya interaksi sosial untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari. Mulai dari interaksi antara anak dan orang tua, tetangga, teman, dan masyarakat. Adanya perbedaan dan perubahan komunikasi dan kontak sosial yang terjadi di dalam keluarga sebelum dan sesudah penggunaan gadget pada anggota keluarga dapat mempengaruhi pola interaksi sosial dalam keluarga secara menyeluruh.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2023, 79,5% dari total penduduk Indonesia adalah pengguna internet. Dilampir dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasionel (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan data bahwa setidaknya 12,43% Â dari pengguna internet adalah kelompok usia anak-anak 5-12 tahun, disusul kelompok usia pelajar yaitu usia 16-18 tahun (7,47%) dan 13-15 tahun (6,77%). Mengartikan sekitar 59 juta anak dan remaja menjadikan gadget sebagai pilihan utama saluran komunikasi yang mereka gunakan.
Menurut Santrock (2002), remaja (Adolescence) merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Teori psikologi perkembangan menjelaskan bahwa usia remaja merupakan masa dimana terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan pencapaian (Fagan, 2006). Memperlihatkan bahwa remaja sangat mudah dipengaruhi oleh sekitarnya.
Penggunaan teknologi gadget pada saat ini tidak mengenal umur. Orang tua sengaja memberikan gadget kepada anaknya untuk kemudahan komunikasi, namun anak-anak terkadang salah menggunakannya. Anak-anak yang sering menggunakan teknologi, seringkali lupa dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih memilih berhadapan dengan teknologi canggih, dibandingkan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini akan membuat sang anak memiliki kekurangan komunikasi dengan masyarakat sekitar.
      Untuk membuktikan bahwa penggunaan gadget dapat mengganggu interaksi sosial antara keluarga, penulis membuat 2 jenis google form berbeda dengan responden yang berbeda pula yaitu pihak remaja berusia 13-16 tahun dan pihak ibu. Hal ini di upayakan untuk mempermudah penulis mengambil penilaian dari sisi ketiga dari kedua sudut pandang. Dengan menjadikan Google form sebagai sarana angket akan membuat masing-masing pihak dapat menjawab dengan jujur tanpa terganggu dan khawatir akan pandangan yang orang lain berikan akan jawaban yang diberikan.
Google form pertama berisikan 4 pertanyaan yang ditanyakan kepada 37 responden dari pihak remaja. Pertanyaan pertama berisikan pernah tidaknya responden tidak menjawab telepon dari sang ibu. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan kedua yang berisikan alasan mengapa ia tidak menjawab telepon dari sang ibu. Pertanyaan ketiga berisi pernah tidaknya responden tidak segera menjawab pesan dari sang ibu. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan keempat yang berisi alasan ia melakukan tindakan tersebut.
      Hasil dari survey responden remaja memperlihatkan 28 dari 37 remaja pernah tidak mengangkat telepon dari ibunya. Dari hasil angket yang menyatakan 76% remaja tidak mengangkat telepon dari ibunya memberikan 5 alasan tertinggi yaitu sedang bermain dengan teman, malas menjawab, handphone menggunakan mode silent, sedang ada kesibukan seperti belajar, bermain game, berkendara, dan terakhir yaitu sedang tertidur.
      Survey juga menunjukan 25 dari 37 remaja pernah tidak segera menjawab pesan dari sang ibu. Presentase yang menunjukan 68% remaja yang pernah tidak segera menjawab pesan dari ibunya memberikan 3 alasan tertinggi yaitu sedang tertidur, malas menjawab dan tidak munculnya notif pesan dalam hp sehingga sang anak tidak mengetahui ada pesan yang masuk.
      Google form yang kedua berisikan 4 pertanyaan yang ditanyakan kepada 21 responden dari pihak ibu. Pertanyaan pertama berisikan pernah atau tidak sang anak tidak menjawab telepon darinya. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan kedua yang berisikan konfirmasi alasan sang anak tidak bisa menjawab telepon darinya. Pertanyaan ketiga berisikan pernah atau tidak sang anak tidak segera membalas pesan yang ia kirimkan. Jika responden menjawab 'Ya' maka ia harus menjawab pertanyaan keempat yang berisi konfirmasi sang anak terhadap alasan mengapa ia tidak segera menjawab pesan dari ibunya.
Hasil dari survey responden ibu menunjukan bahwa 19 dari 21 anak pernah tidak menjawab telepon sang ibu. Dinyatakan bahwa 86% anak mengkonfirmasi tidak menjawab telepon karena alasan tidur, adanya kesibukan seperti sedang berkendara, dan hp sedang berada dalam mode silent. Survey juga menunjukan bahwa 15 dari 21 anak pernah tidak segera membalas pesan dari sang ibu. Dari hasil angket yang menunjukan 68% anak tidak segera menjawab pesan dari sang ibu terkumpul 5 jawaban konfirmasi yaitu anak diam saat ditanya, sedang melakukan kegiatan lain, dan hp sedang berada dalam mode silent atau tidak mengetahui pesan yang masuk.