Mohon tunggu...
Go Teng Shin
Go Teng Shin Mohon Tunggu... -

Menulis dengan Data dan Logika.\r\nHobby tertawa, tinggal di Jakarta Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dua Muka Teman Ahok

10 Juni 2016   12:33 Diperbarui: 10 Juni 2016   12:37 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lucu bukan? Teman Ahok seperti memiliki DUA MUKA. Kita diminta menerima standar ganda. Kiprah Teman Ahok sedemikian hebat, mengalahkan mesin partai, menantang PDIP partai pemenang pemilu, berani mengultimatum Gubernur paling gahar, bisa membuat organisasi yang sedemikian masif, menggerakkan ratusan relawan tanpa bayaran; sehingga kita ingin memperlakukan mereka sebagai orang dewasa, sebagai kekuatan politik yang sangat diperhitungkan. Tapi ujug-ujugnya begitu kepentok, seperti dalam kasus Singapura ini; kita diminta melihat Teman Ahok seperti anak muda lugu, naif dan patut dikasihani. Mengkritik berarti membully, menghina, menyudutkan, menzholimi.

Sekarang mari bahas mengenai DANA.

Teman Ahok selalu mengaku bahwa pendanaan mereka berasal dari penjualan merchandise. Pada awalnya website mereka tidak memuat laporan keuangan. Lalu belakangan laporan keuangan itu dipajang, 3 lembar kwarto dalam PDF. Hanya 3 bulan saja : bulan Juni 2015, Juli 2015, lalu 14 Agustus 2015. Mengapa yang Agustus bukan akhir bulan tapi tanggal 14? Wallahualam.

Laporan tanggal 14 Agustus itu adalah yang terakhir. Mengapa setelah panjat pinang tujuh belasan tak ada laporan lagi, juga hanya Teman Ahok yang tahu. Barangkali selembar kwarto perbulan juga sudah terlalu sulit dibuat. Angka-angka per 14 Agustus 2015 itu yang mereka letakkan besar-besar sebagai banner laporan keuangan Teman Ahok. Pendapatan Rp 797.376.000. Pengeluaran Rp 762.978.864. Saldo Rp 34.397.136. Dan ini adalah saldo per 14 Agustus 2015.

Laporan rinciannya sungguh terlihat abal-abal. Tapi karena hanya inilah yang tersedia, maka harus diberi kehormatan untuk dianalisa. Dari pendapatan Rp 797 juta tersebut, Rp 500 juta disebutkan sebagai sumbangan, dan kita paham bahwa inilah seed money dari Cyrus. Berarti dalam sekitar 3 bulan itu, hanya Rp 297 juta yang dikumpulkan sendiri oleh Teman Ahok.

Pada ketiga laporan, terlihat bahwa belanja Teman Ahok sekitar Rp 250 jutaan perbulan sementara income dari penjualan merchandise hanya Rp 290 juta untuk tiga bulan. Jadi pada dasarnya mereka hanya mengandalkan dana awal Rp 500 juta tsb untuk hidup. Pada bulan kedua dan ketiga defisit lebih dari Rp 100 juta setiap bulannya. Bagaimana organisasi yang terus membuka booth, mencetak material, membuat animasi dan design, memiliki cyber team dan cyber bully; bisa terus beroperasi hanya dengan menjual merchandise dalam defisit semacam ini? Hanya Teman Ahok yang tahu, sebab transparansinya tidak ada sama sekali. Laporan yang mereka buat, tak bertujuan mengedukasi maupun informatif; hanya sekedar buat bekal bagi pendukung Ahok yang asbun untuk ngomong : 'ada kok laporan keuangannya!'

Sekarang coba kita bicara kualitas material yang dipakai Teman Ahok. Yang bergerak di bidang promosi pasti tahu berapa harganya material dengan kualitas demikian. Booth khusus dengan cat duco. Banner dan website dengan design mutakhir. Berbagai video animasi yang disebar di pasar digital ongkosnya puluhan sampai ratusan juta per menit. Semua design seperti diproduksi PH mahal. Sekualitas, misalnya produksi PH Top seperti Narrada, jika bukan dari Narrada sendiri. Tak ada jawaban yang logis. Paling-paling kita disuruh mempercayai bahwa semua itu gratis.

Pengeluaran terbesar di luar biaya interior dan perabot Graha Pejaten Rp 130 juta; adalah biaya sewa booth, operasional posko, biaya inventaris (merchandise) dan biaya formulir. Setiap bulannya hasil penjualan merchandise hanya bisa menutup biaya posko, tak tersisa untuk biaya cetakan, transport, logistik, meeting dll. Biaya listrik, air, telpon tidak wajar karena sangat kecil. Biaya aset seperti komputer dll tidak tampak. Biaya gaji atau disebut uang transport oleh Amalia untuk ratusan relawan, tidak terlihat. Luar biasa. Relawan Teman Ahok yang katanya sampai 400 orang ini adalah manusia-manusia ahli dan berbakat, dari grafis sampai social media, administrasi sampai pengolah database, beberapa bahkan memiliki kemampuan bisnis dan relasi luar biasa dalam menggalang dana, membuka booth dan menjalankan organisasi yang sedemikian profesional. 

Yang terpenting, saat anak muda lain fokus pada sekolah dan merintis karir; mereka bersedia menyumbangkan bakatnya tanpa bayaran, malah nombok transport, makan dan mungkin juga bawa komputer, printer dan kertas rim sendiri. Pakai motor dan mobilnya dengan BBM dari kantong sendiri.

Apakah semua ini benar dan masuk akal? Kita diminta membuang logika ke tong sampah dan mengangguk-angguk seperti kerbau dicucuk hidung.

Di dunia nyata operasi sebesar ini jelas membutuhkan dana besar. Tenaga ahli dan skill profesional mana ada yang gratis. Listrik, BBM dan Biaya Telpon menumpuk. Coba ambil saja laporan Teman Ahok itu dan bandingkan dengan mini market yang jual sandang-pangan bukan merchandise. Bisa sakit perut si pemilik mini market ketawa melihat absurditasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun