Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berhati-hatilah dengan Maafmu

3 April 2023   05:55 Diperbarui: 3 April 2023   06:46 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berhati-hatilah dengan Maafmu (gambar:istockphoto.com, diolah pribadi)

Beberapa hari kemudian, ia kembali meminta maaf dengan membawa satu buket bunga dan seuntai kalung mewah. Sambil berlutut ia berjanji untuk tidak lagi khilaf dan bersikap kasar. Menjadi suami yang baik yang tidak akan menganiaya isterinya lagi.

Dan, si isteri kembali menerima permintaan maaf suaminya. Dengan harapan agar suaminya bisa kembali mencintainya apa adanya. Karangan bunga, makan malam romantis, maupun hadiah mahal bukanlah hal yang terpenting. Kesungguhan hati adalah yang terutama. Hidup Bersama dalam suka dan duka, saling mendukung dalam mengarungi bahtera kehidupan yang harmonis. Itulah harapan sang isteri.

Ternyata, janji hanyalah janji.

Si suami Kembali mengingkari apa yang telah dia janjikan. Peristiwa KDRT kembali terulang dan kali ini lebih ganas dari sebelumnya. Dengan perasaan hancur, sang isteri akhirnya sadar. Jika ia tidak bisa mengubah suaminya, mengapa tidak mengubah dirinya saja.

Sejak saat itu, ia pun bertekad. Seburuk apa pun perlakuan yang ia terima dari si suami, ia akan tetap menyayanginya. Menebarkan cinta kasih tanpa pamrih. Baik pada saat sedang bermeditasi, maupun dalam interaksi sehari-hari. Baik kepada diri sendiri, kepada si suami, dan juga semua makhluk yang berada di sekitarnya; "Bagaikan seorang ibu kandung yang mengasihi anaknya yang tunggal (Karaniyametta Sutta).

Selain itu, si isteri juga mempraktekkan dana pemaafan. Menyeimbangkan batin bahwa semua hal yang ia terima, baik, atau pun buruk, tidak lain adalah sebuah fenomena kehidupan yang Bernama Anicca -- Tidak ada yang kekal.

Tidak ada perubahan. Kecuali sikap dari si isteri yang lebih bisa menerima keadaannya. Lebih bisa menerima perlakukan suaminya dengan lapang dada.

Dan, kejadian yang sama terus berulang. Kekejaman suaminya terus berlanjut yang disertai permohonan maaf sesudahnya.

Hingga suatu saat. Si suami melakukannya lagi. Kali ini, ini jauh lebih keras dari biasanya. Si isteri terjatuh dan kepalanya berdarah. Si isteri pun sadar bahwa semuanya sudah terlambat. Dengan mimik wajah nada suara yang lirih, ia berkata;

"Suamiku tercinta, setiap kali kamu melakukan kekerasan terhadapku, kamu selalu meminta maaf. Begitu pula aku tetap memaafkan perbuatan burukmu terhadapku. Perlu kamu ingat suamiku bahwa suatu saat nanti, aku bisa saja takkan menerima maafmu walaupun kamu berlutut dengan sungguh-sungguh."

Dengan mimik wajah yang serius, si isteri menatap wajah suaminya lekat-lekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun