Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Viriya dan Sepeda Mini

16 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:17 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepeda Mini (gambar: electrek.co, diolah pribadi)

Hallo teman-teman. Perkenalkan namaku Viriya. Aku adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara. Aku memang bukan anak bungsu, tapi aku adalah anak perempuan terkecil dari empat anak perempuan. Aku mempunyai tiga kakak perempuan, satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki. 

Nah, teman-teman bisa bayangkan, bukankah aku termasuk anak yang beruntung? Walaupun aku bukan anak bungsu, tetapi karena aku anak perempuan terkecil, maka aku pun mendapat perlakuan yang istimewa dari kedua orang tuaku dan ke-empat kakakku. Mereka semua sangat sayang dan bangga padaku, karena aku anak yang pandai, cerdas, ceria dan selalu semangat.

Walaupun terlahir dari keluarga sederhana, tapi keadaan ini tidak membuat aku menjadi rendah diri atau minder. Mamaku adalah teladanku, mama tidak pernah berkeluh kesah walaupun kehidupan kami pas-pasan. Dan yang aku tahu, mama senang sekali berbagi kepada keluarga maupun tetangga. 

Jadi walaupun bukan dari keluarga berada, kami tetap dapat melakukan kebajikan. Bahkan mama tidak pernah meminta atau mengharap belas kasihan dari orang lain, untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Keluargaku sebelumnya tinggal di daerah pecinan. Sebenarnya rumah yang kami tinggali dulu, bukanlah rumah kedua orang tuaku, tapi milik paman dari mamaku. Oleh sebab itu ketika rumah itu dijual, keluargaku pun pindah ke pingiran kota. Sungguh sangat bertolak belakang dengan tempat tinggalku terdahulu. 

Di tempat tinggalku yang baru, keluargaku adalah satu-satunya keluarga Buddhis. Karena pendidikan mama hanya tamatan SD, maka mama memutuskan untuk membuka restoran kecil-kecilan. 

Dengan kepiawaian memasaknya, rumah makan mama tidak pernah sepi dari pelanggan. Semua menu yang ditawarkan merupakan masakan mama, menu andalannya adalah Soto Betawi dan gado-gado. Karena jenis masakannya cukup banyak dan disajikan dalam keadaan hangat, membuat pelanggan semakin menyukai dan menikmatinya dengan lahap. Bahkan banyak pelanggan yang datang dari luar kota.

Walaupun kami memiliki asisten rumah tangga, mama tetap memberikan tugas sehari-hari pada anak-anaknya. Jadi walaupun masih kelas lima SD, aku juga tetap diberi tugas loh. Aku pun sangat senang melakukan tugas yang diberikan mama. Tugasnya adalah melayani pembeli, seperti menanyakan pesanan menu dan mengantarkan makanan dan minuman pesanan pelanggan.

Karena tugas ini, membuatku mengenal banyak orang. Dan ternyata mereka juga menyukai kegesitan dan keceriaanku.

Salah satu tugas yang paling aku sukai adalah menerima pembayaran. Aku sangat menyukai matematika jadi aku dapat menghitung dengan cepat jumlah yang harus dibayar dan uang kembaliannya. Wah, aku benar-benar senang melakukannya. Seperti sedang melakukan permainan dagang-dagangan yang biasa aku lakukan bersama teman-temanku.

Ketika dagangan habis, asisten rumah tangga merapikan dan membersihkan restoran, karena ruangan ini jika malam hari dijadikan tempat belajar aku dan dua kakakku yang masih bersekolah, sedangkan dua kakakku yang lain sudah hidup merantau di Jakarta. Mereka bekerja sambil kuliah.

Selesai beres-beres biasanya mama menghitung uang hasil penjualan dan selalu mengijinkan aku untuk membantu menghitungnya. Wah, aku benar-benar senang bisa merapikan uang sesuai dengan nilai mata uangnya. Mama memang wanita luar biasa, dari kerja keras inilah mama dapat menyekolahkan semua anak-anaknya. Bahkan aku dapat bersekolah di sekolah favorit dikotaku.

Aku sebenarnya ingin sekali memiliki sepeda seperti teman-temanku yang lain. Tapi tidak berani minta dibelikan karena keadaan kami. Mama hanya pedagang gado-gado ulek, dan papa seorang supir angkutan umum yang kadang-kadang menjadi supir pribadi jika ada orang yang membutuhkannya.

Ketika aku tinggal di Pecinan, rumahku sangat dekat dengan sekolah. Jadi aku cukup berjalan kaki saja dan tidak perlu berangkat terlalu pagi ke sekolah. Tetapi sejak pindah rumah, jarak antar rumah ke  sekolah menjadi cukup jauh, jadi selain uang saku mama juga memberiku uang untuk naik angkutan umum atau becak.

Karena aku sangat ingin memiliki sepeda, diam-diam setiap hari aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, sehingga uang untuk naik angkutan umum bisa aku tabung. Sebagai gantinya aku harus bangun lebih pagi dari biasanya, karena perjalanan dari rumah ke sekolah membutuh waktu 1 jam. Jadi jam 6 aku sdh harus berangkat, sehingga bisa tiba di sekolah jam 7 pagi.

Suatu hari aku memberanikan diri bilang pada mama "Ma, Viriya ingin sekali punya sepeda mini seperti teman-teman". Sambil tersenyum mama berkata, "Mama tidak punya uang cukup untuk membeli sepeda, tapi kalau Viriya rajin menabung pasti suatu saat uang tabungannya cukup untuk membeli sepeda". "

Bagaimana caranya ma?" Kataku dengan rasa ingin tahu. 

"Selama ini Viriya sudah rajin menabung dari uang saku yang selalu Viriya sisihkan sebagian bahkan selama ini Viriya juga berjalan kaki ke sekolah agar uang untuk naik angkutan bisa Viriya tabung", Aku menjelaskan dengan bangga pada mama apa yang sudah aku lakukan selama ini.

"Tapi sampai sekarang uangnya belum cukup juga untuk membeli sepeda mini", kataku lagi dengan mata berkaca-kaca.

Aku melihat air mata mama yang hampir jatuh ke pipinya, tapi kemudian mama menarik napas panjang dan wajahnya tiba-tiba berubah penuh semangat. Kemudian mama memanggil kakakku ke-tiga dan ke-empat. Lalu, mama berkata dengan antusias "kalian mau ngga punya usaha sendiri?".

"Usaha sendiri? Usaha apa? Dari mana modalnya? Bagaimana menjalankan usahanya, sedangkan kami masih sekolah", kataku keheranan sambil memberondong pertanyaan.

"Begini, mama kasih modal kalian untuk membuat donat, mama akan bantu membuat adonannya."

Kemudian Ina dan Ine yang mengorengnya", kata mama sambil memandang wajah kedua kakakku.

"Nah, kemudia Viriya yang akan mengantarkan donat itu ke warung-warung di belakang rumah kita", kata mama sambil tersenyum geli melihat wajahku yang keheranan karena masih belum paham benar. 

Kemudian mama sekali lagi menjelaskan bagaimana cara kami menjalankan usaha ini, sampai pembagian keuntungannya. Lagi-lagi aku mendapat tugas yang menyenangkan, dan aku tidak perlu bangun terlalu pagi.

Karena kami semua sepakat, maka keeaokan harinya mama mulai dengan rencananya. Jam 3 subuh mama bangun untuk membuat adonan donat, kemudian jam 4 pagi kedua kakakku bangun untuk mengoreng adonan donat yang sudah dicetak. Sedangkan aku dibangunkan jam 5 pagi untuk menitipkan donat-donat ke beberapa warung yang ada di sekitar rumah. Setiap sore, menjelang magrib aku juga yang bertugas mengambil kembali wadah donat ke warung-warung dan menerima uang hasil penjualan donat.

Jika ada donat yang tidak terjual, maka sepanjang jalan pulang aku menawarkan donat tersebut kepada orang-orang yg berjumpa denganku, alhasil setiap hari donat buatan mamaku selalu habis terjual.

Hari-demi hari berlalu, tak terasa usaha menjual donat hasilnya mengembirakan. Kemudian kami juga menjual pisang goreng, dan kacang goreng. Tabunganku bertambah dengan cepat, apalagi aku bukan termasuk anak yang boros.

Hingga suatu sore, mama memanggil dan mengajakku ke samping rumah. Aku mengikuti langkah mama dengan penasaran. Tiba di depan pintu gudang, mama memghentikan langkahnya dan kemudian memutar kunci gudang dengan hati-hati. "Tara.... ", mama berteriak sambil membuka pintu dan jari telunjuknya menunjuk benda di sudut gudang. Aku memperhatikan benda yang mama tunjuk, dan tiba-tiba mataku terbelalak karena melihat benda yang selama ini aku idam-idamkan.

Aku tersenyum bahagia dan melompat kegirangan, "hore... akhirnya punya sepeda", kataku sambil berlari mendekati bemda impianku.

Tiba-tiba wajah ceriaku berubah menjadi wajah sedih, "oh, mengapa sepedanya seperti ini?" Gumamku dalam hati. Aku membayangkan sepeda mini baru, tapi ternyata mama membeli sepeda bekas. Mataku berkaca-kaca, aku tidak dapat menyembunyikan kesedihan dan kekecewaanku. Kemudian aku menoleh memandang mama yang masih berdiri di muka pintu. Wajah mama masih menunjukan kegembiraannya, ingin rasanya aku marah tapi aku tidak tega merubah kebahagiaan mama dengan kekecewaan.

"Kamu suka kan?", tanya mama dengan mata berbinar.

"Kebetulan ada tetangga yang butuh uang dan ingin menjualnya, mama ingat kamu sangat ingin punya sepeda, jadi ya mama beli deh, harganya juga murah loh dan tetangga kita juga senang", kata mama mencoba menjelaskan. "Mama pikir kamu pasti suka. Dan uang tabunganmu juga pasti sudah cukup untuk membeli sepeda ini, jadi tadi mama beli dengan menggunakan uang mama dulu, nanti kamu tinggal menggantinya", kata mama lagi sambil memandangku yang masih mematung.

Kemudian aku mencoba untuk menenangkan hatiku, kutarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Setelah itu kukuatkan hatiku untuk bisa menerima keputusan mama. Untuk menyemangatiku.

Kukatakan pada diriku sendiri  "Viriya, tenang, sabar dan terimalah sepeda ini dengan sukacita sebagai bentuk perhatian mama, kelak jika tabunganmu sudah mencukupi kembali, kamu bisa membeli sepeda baru".

Akhirnya kuputuskan untuk menerima sepeda bekas pilihan mama dengan lapang dada. Segera kubawa keluar dari gudang, lalu pelan-pelan kucoba naiki dan gubrak... tiba-tiba aku terjatuh.

Dalam hati aku bersyukur, untung mama membelikan ku sepeda bekas. Bayangkan jika ini sepeda baru, pasti aku jadi sangat berhati-hati belajar sepeda karena khawatir sepeda baruku rusak.

"Terima kasih mama, keputusanmu selalu tepat, maafkan Viriya yang tidak mengetahui maksud mama, Viriya berjanji akan selalu menjadi anak yang berbakti", kataku dalam hati, sambil mendirikan sepedaku dan kembali belajar naik sepeda dengan semangat.

**

Tangerang Selatan, 16 Januari 2023
Penulis: Indi Y. Wirawan, Kompasianer Mettasik

Pemerhati Pendidikan / Setiap Pengalaman Adalah Guruku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun