Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Viriya dan Sepeda Mini

16 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 16 Januari 2023   06:17 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sepeda Mini (gambar: electrek.co, diolah pribadi)

"Begini, mama kasih modal kalian untuk membuat donat, mama akan bantu membuat adonannya."

Kemudian Ina dan Ine yang mengorengnya", kata mama sambil memandang wajah kedua kakakku.

"Nah, kemudia Viriya yang akan mengantarkan donat itu ke warung-warung di belakang rumah kita", kata mama sambil tersenyum geli melihat wajahku yang keheranan karena masih belum paham benar. 

Kemudian mama sekali lagi menjelaskan bagaimana cara kami menjalankan usaha ini, sampai pembagian keuntungannya. Lagi-lagi aku mendapat tugas yang menyenangkan, dan aku tidak perlu bangun terlalu pagi.

Karena kami semua sepakat, maka keeaokan harinya mama mulai dengan rencananya. Jam 3 subuh mama bangun untuk membuat adonan donat, kemudian jam 4 pagi kedua kakakku bangun untuk mengoreng adonan donat yang sudah dicetak. Sedangkan aku dibangunkan jam 5 pagi untuk menitipkan donat-donat ke beberapa warung yang ada di sekitar rumah. Setiap sore, menjelang magrib aku juga yang bertugas mengambil kembali wadah donat ke warung-warung dan menerima uang hasil penjualan donat.

Jika ada donat yang tidak terjual, maka sepanjang jalan pulang aku menawarkan donat tersebut kepada orang-orang yg berjumpa denganku, alhasil setiap hari donat buatan mamaku selalu habis terjual.

Hari-demi hari berlalu, tak terasa usaha menjual donat hasilnya mengembirakan. Kemudian kami juga menjual pisang goreng, dan kacang goreng. Tabunganku bertambah dengan cepat, apalagi aku bukan termasuk anak yang boros.

Hingga suatu sore, mama memanggil dan mengajakku ke samping rumah. Aku mengikuti langkah mama dengan penasaran. Tiba di depan pintu gudang, mama memghentikan langkahnya dan kemudian memutar kunci gudang dengan hati-hati. "Tara.... ", mama berteriak sambil membuka pintu dan jari telunjuknya menunjuk benda di sudut gudang. Aku memperhatikan benda yang mama tunjuk, dan tiba-tiba mataku terbelalak karena melihat benda yang selama ini aku idam-idamkan.

Aku tersenyum bahagia dan melompat kegirangan, "hore... akhirnya punya sepeda", kataku sambil berlari mendekati bemda impianku.

Tiba-tiba wajah ceriaku berubah menjadi wajah sedih, "oh, mengapa sepedanya seperti ini?" Gumamku dalam hati. Aku membayangkan sepeda mini baru, tapi ternyata mama membeli sepeda bekas. Mataku berkaca-kaca, aku tidak dapat menyembunyikan kesedihan dan kekecewaanku. Kemudian aku menoleh memandang mama yang masih berdiri di muka pintu. Wajah mama masih menunjukan kegembiraannya, ingin rasanya aku marah tapi aku tidak tega merubah kebahagiaan mama dengan kekecewaan.

"Kamu suka kan?", tanya mama dengan mata berbinar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun