"Kebetulan ada tetangga yang butuh uang dan ingin menjualnya, mama ingat kamu sangat ingin punya sepeda, jadi ya mama beli deh, harganya juga murah loh dan tetangga kita juga senang", kata mama mencoba menjelaskan. "Mama pikir kamu pasti suka. Dan uang tabunganmu juga pasti sudah cukup untuk membeli sepeda ini, jadi tadi mama beli dengan menggunakan uang mama dulu, nanti kamu tinggal menggantinya", kata mama lagi sambil memandangku yang masih mematung.
Kemudian aku mencoba untuk menenangkan hatiku, kutarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Setelah itu kukuatkan hatiku untuk bisa menerima keputusan mama. Untuk menyemangatiku.
Kukatakan pada diriku sendiri  "Viriya, tenang, sabar dan terimalah sepeda ini dengan sukacita sebagai bentuk perhatian mama, kelak jika tabunganmu sudah mencukupi kembali, kamu bisa membeli sepeda baru".
Akhirnya kuputuskan untuk menerima sepeda bekas pilihan mama dengan lapang dada. Segera kubawa keluar dari gudang, lalu pelan-pelan kucoba naiki dan gubrak... tiba-tiba aku terjatuh.
Dalam hati aku bersyukur, untung mama membelikan ku sepeda bekas. Bayangkan jika ini sepeda baru, pasti aku jadi sangat berhati-hati belajar sepeda karena khawatir sepeda baruku rusak.
"Terima kasih mama, keputusanmu selalu tepat, maafkan Viriya yang tidak mengetahui maksud mama, Viriya berjanji akan selalu menjadi anak yang berbakti", kataku dalam hati, sambil mendirikan sepedaku dan kembali belajar naik sepeda dengan semangat.
**
Tangerang Selatan, 16 Januari 2023
Penulis: Indi Y. Wirawan, Kompasianer Mettasik
Pemerhati Pendidikan / Setiap Pengalaman Adalah Guruku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H