"Waduh gimana nih? kalau untuk nukarin, rasanya malas banget jalan ke sana lagi, tadi aku terburu-buru sehingga tidak sempat buka paketannya disana. Aku juga gak yakin cik L mau. Tapi mau gimana lagi? Ada gak yang mau nukar dengan yang ini?" Sambung Intan sambil menghela nafas.
Semuanya terdiam, tidak bergeming untuk menukar pilihannya, masing-masing mempertahankan handuk yang dipilihnya.
Diam-diam mereka bersiasat agar aku dapat diterima oleh cik L yang saat itu tidak ada di tempat. Ci L sedang tugas keluar kota selama dua hari. Intan melipat dan memasukkanku ke plastik lagi dan menaruhnya diatas meja kerja cik L. Aku hanya bisa berharap, moga-moga cik L menyukaiku.
Di pagi yang cerah itu, Intan menyerahkanku pada ci L, sambil mengatakan semuanya bermotif sama seperti diriku, dan tidak ada yang berwarna ungu seperti yang diinginkan cik L. Ada rona kecewa dan tak percaya di wajah orang yang dipanggil cik L itu. Rupanya doi juga tidak menyukai motifku. Sesampainya di rumah, aku dilemparnya ke sudut lemari, sepertinya dia tahu kalau teman-temannya memperdayainya. Â
Hampir dua tahun aku tak tersentuh, sampai akhirnya cik L mau berpergian ke Thailand, karena doi termasuk tipe cewek yang easy going maka tak heran bawaanya hanya satu koper kabin untuk sepuluh hari disana.
Doi sempat binggung karena kopernya sudah penuh dan tidak mungkin diisi dengan handuk mandi yang tebal. Akhirnya aku terpilih, dan sebelum masuk koper, aku dicucinya dulu.
Ha ... ha ... ha ... keren juga nih pertama dipakai langsung untuk keluar negeri. Pada saat itu juga aku berhasil mencuri hati pemilikku si cik L. Aku mudah dirawat, aku dapat mengeringkan tubuhnya dengan cepat, karena daya serapku yang luar biasa. Dan karena aku sangat tipis, sehingga hanya butuh waktu singkat untuk membuatku kembali kering, cukup diangin-angini sebentar saja, aku sudah siap untuk digunakan kembali.
Aku selalu dibawa kemana saja oleh pemilikku. Kemana pun ia pergi, aku juga pergi. Baik di dalam maupun luar negeri. Thailand sudah beberapa kali, pernah juga ke Jepang. Dan wow ... aku juga ikut serta cik L berziarah ke India, perjalanan yang sama sekali tidak terduga.
Bukan hanya itu, sebelum covid merajalela, hampir setiap tahun terhitung sejak tahun 2014, cik L selalu membawaku untuk turut serta merayakan Waisak di Borobudur.Â
Tahun berganti tahun, tak terasa aku sudah berumur 27 tahun terhitung sejak aku masuk lemarinya. Dan sampai kini keadaanku masih terawatt. Terakhir kali aku menunaikan tugas saat doi reunian dengan teman-teman SMEA-nya di Kala Cabin, Lembang.
Setelah pulang, aku dicuci bersih-bersih kemudian disimpannya lemari. Aku beruntung karena benar-benar dapat membantu doi dalam urusan membersihkan tubuhnya di saat jauh dari rumah. Dan kalau diihitung, paling-paling aku hanya dipakai setahun sekali jadi tidaklah heran aku masih tampak seperti baru.