Karena gajiku ditempat yang baru cukup untuk menafkahi keluarga, maka aku minta kedua orang tuaku untuk tidak berjualan gado-gado lagi, sekarang aku lah tulang punggung keluarga.
Kantorku yang baru beralamat di Pinangsia. Pergi dan pulang kantor naik oplet yang kemudian digantikan dengan mikrolet setiap harinya. Dan setiap sore aku mempunyai kesempatan untuk menyusuri Matahari King Harco.
Dengan demikian rangsangan keinginan yang muncul melalui mata terus menggoda. Ada saja baju, tas dan sepatu yang menarik perhatianku. Aku dapat saja menghabiskan gajiku sebulan untuk membelinya, tapi setiap kali aku menatap barang-barang yang kuinginkan terbayang rentanya wajah kedua orang tuaku.
Setiap melewati etalase aku selalu memandangi barang-barang yang menarik hatiku tanpa membelinya. Kuraba, kuelus, dan kadang aku masuk kamar pas untuk mematut-matut diri di depan kaca dengan barang-barang yang kuminati.
Kutunggu saat-saat menjelang Lebaran, Natal dan Tahun Baru, dimana diskon digelar. Karena pada saat itu diskon diberikan hanya pada saat tertentu, tidak seperti sekarang setiap saat, dan dimana saja selalu ada tawaran potongan harga.
Tapi, apa mau dikata. Setiap kali pesta diskon, barang-barang yang kuinginkan sudah tidak ada. Awalnya kecewa tapi lama-lama terbiasa
Dari dulu aku  tidak pernah tertarik dengan barang-barang branded, apalagi sekarang aku genduttttt ... dut ... dut, sehingga susah mencari ukuran yang pas.
Jadi kupilih yang nyaman dipakai tanpa mahal. Aku sering dikatai "cupu" oleh temen-temanku karena tidak tertarik untuk mengikuti gaya konsumtif mereka. Gaya hidupku yang sederhana terbentuk oleh keadaan, namun saat kurenungkan, itu sebenarnya Dhamma yang sesungguhnya, aku mendapat pelajaran hidup yang sangat-sangat berharga.
Kebiasaan-kebiasaan dalam menyikapi segala sesuatunya dalam kehidupan ini secara tidak kusadari, secara tidak langsung merupakan tempaan untuk menghayati Dhamma yang sesungguhnya. Dengan tanpa sengaja aku menempa diri untuk mengendalikan keinginan dan itu membentuk diriku yang sekarang. Aku dapat dikatakan tidak punya keinginan ... "wow ... Kedengerannya keren ya," tapi nyatanya aku belum bisa mengekang keinginan marahku.
Keinginanku untuk merawat dan membalas budi orang tua sudah kejalani walaupun tidak sempurna. Setelah kedua orang tuaku tiada, kujalani hidup bak air mengalir. Banyak temanku yang memberi label aneh. Karena kalau ke mall, aku dapat dikatakan tidak pernah tergoda, hampir 99,99 persen cewek suka fashion, hobi ke salon, sampai ada yang mengeluarkan kocek ratusan juta untuk membeli kecantikannya.
Aku tak memahami, aku tak mengerti. Kadang timbul rasa kasihan terhadap mereka yang tidak dapat menerima ketidakkekalan ini. Yang lebih lucu, aku dianggap tidak menikmati hidup, karena tidak mengikuti tren masa kini.