Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Berencana, Aborsi, dan Bunuh Diri dalam Pandangan Agama Buddha

27 Oktober 2022   05:14 Diperbarui: 27 Oktober 2022   05:14 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Berencana, Aborsi, dan Bunuh Diri dalam Pandangan Agama Buddha (gambar: allafrica.com, diolah pribadi)

Bagaimana pandangan agama Buddha terhadap bunuh diri?

Memusnahkan atau menghilangkan nyawa sendiri alias bunuh diri dengan alasan apa pun, tidak dapat dibenarkan sama sekali, baik secara moral maupun spiritual. Bunuh diri bertentangan dengan ajaran Buddha.

Agama Buddha sangat meninggikan bahkan mengagungkan kehidupan, tidak hanya kehidupan setiap manusia, namun juga kehidupan makhluk-makhluk lainnya, termasuk binatang.

Kehidupan ini sangat berharga, tidak boleh disia-siakan. Kehidupan ini jangan diputuskan atau dihentikan meski dengan "alasan yang benar" seperti yang ada dalam pikiran si pelaku bunuh diri. Untuk bisa terlahir sebagai manusia, terutama bagi makhluk-makhluk yang sebelumnya berada di alam rendah atau alam di bawah manusia, sangatlah sulit. 

Bagi makhluk-makhluk tersebut, dibutuhkan banyak akumulasi perbuatan (karma) baik untuk bisa terlahir sebagai manusia.

Bunuh diri yang dikarenakan berbagai permasalahan kehidupan, hanya akan menyebabkan penderitaan yang lebih besar di kehidupan-kehidupan selanjutnya. Bunuh diri merupakan cara seorang pengecut untuk menyelesaikan, atau lebih tepatnya lari dari permasalahan kehidupan.

Seorang manusia tidak akan melakukan bunuh diri jika pikirannya tenang dan terang, berlandaskan kepada kebijaksanaan. Orang yang melakukan bunuh diri hampir pasti pikirannya dalam keadaan tidak tenang dan gelap, tak ada kebijaksanaan di dalam dirinya. Pikiran orang yang bunuh diri kemungkinan besar berisikan keserakahan dan atau kebencian dan atau yang pasti, kebodohan batin.

Jika seseorang meninggal dengan pikiran yang buruk seperti itu, akan sulit bahkan tidak mungkin untuk terlahir kembali di kehidupan selanjutnya dalam kondisi yang baik.

Sabbe satta bhavantu sukhitatta. Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu.

**

Tangerang, 27 Oktober 2022
Penulis: Toni Yoyo, Kompasianer Mettasik

Professional | Trainer |Consultant | Speaker | Lecturer | Author

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun