Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kolaborasi Aku, Aku, dan "Aku"

21 Oktober 2022   04:44 Diperbarui: 21 Oktober 2022   04:48 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolaborasi Aku, Aku, dan "Aku" (gambar: iconspng.com, diolah pribadi)

Mataku tak jua menutup. Fajar mengintip perlahan di keheningan. Gelisah menyeruak kembali menunjukkan taringnya

Ah.... Seperti biasa... Mulai takut...? Iya aku takut dan aku sedih. Aku takut sendirian

Tiga sahabat terdekat sudah tiada. Entah di mana mereka saat ini ? Aku sendirian... betul-betul sendirian...

Saat yang sama... Kekasihku pergi meninggalkanku. Kenangan ia yang begitu menerimaku total. Akhirnya pun pergi meninggalkanku

Tidak... Aku tahu! Kamu menyesal! Menyesal tidak menemani mereka sungguh-sungguh

Kini mereka sudah tiada, baru merasa kehilangan. Itu salahmu sendiri. Lebih mementingkan dirimu sendiri

Tapi... Tidak ada tapi-tapian!!! Jelas sekali engkau salah

Aku terpuruk dalam rasa bersalahku, ketakutan dan kesendirian... Gelapp.... Blasss... "Ah... Maafkan aku. Aku tak mau dikurung di kamar mandi ini...

Aku tahu aku nakal dan aku bersalah. Aku bersalah.... Aku takuttt..." Blasss...

Hai... Kamu tidak salah. Kamu harusnya marah! Marah pada kekasihmu yang meninggalkanmu

Kamu harus marah juga saat ibumu ditinggalkan ayahmu. Bukan terpuruk dalam ketakutan dan kesedihan. Mereka meninggalkanmu saat kamu sangat bergantung pada mereka!

Tidak.... Tidak.... Tidak ada yang salah dari semua itu. Dengarkan... Tidak ada yang salah. Segala sesuatu ada akhirnya. Tidak ada yang dapat dipegang seterusnya. Perpisahan pasti terjadi. Anicca, tak ada yang kekal. Jangan membenci karena apa yang kamu tanam dalam dirimu, itulah dirimu. Bukan mereka.

Tapi aku... sangat kesepian saat ini.... Aku takut... Ini pun akan berlalu. Oh.... Blasss....

'Aku' kembali duduk diam.... Menyaksikan 'banyak aku' di kepalaku

Kepalaku?
Siapakah Aku?
Siapakah yang 'menyaksikan' suara aku, aku dan aku di kepalaku?

Fajar menyingsing memecah keheningan malam yang telah berlalu. Mata terpejam tanpa suara... Shaksi selalu ada...

Semua hanyalah rangkaian 'alur cerita' yang 'dibuat' oleh pikiran. Alur cerita terbentuk dari kondisi nyata bercampur dengan berbagai 'isi' persepsi yang belum tentu nyata. 

Pikiran biasanya bebas membentuk 'cerita' apapun sesuai dengan pengalaman apa yang tersimpan dalam bagian kecil dari otak kita.  Sesungguhnya 'saat ini' lah yang nyata.

Kuletakkan ballpointku sambil menutup buku tempatku mengukir cerita pendek, puisi dan lainnya. Yah... kali ini aku mencoba mencari konsep yang jelas bagaimana melukiskan pikiran bisa mengelabui sebagai sosok diri. Terlalu banyak pikiran dan perasaan yang datang silih berganti. Ia bisa melompat dari masa lalu maupun ke masa yang akan datang.

Pikiran muncul dari simpanan bawah sadar. Mungkin juga pengalaman yang tersimpan adalah pengalaman orang lain yang ikut tersimpan dalam memori kita, ketika kita masih kecil. 

Atau mungkin ketakutan kita di masa lalu terekam kuat dalam campuran emosi yang kita dapatkan dari orang lain di sekitar kita. Amygdala bagian otak tertentu di kepala kita bertugas merekam kejadian yang sangat membekas pada diri kita.

Pikiran pun bisa mengukir 'cerita' apa saja. Memberi label pengalaman hidup secara dramatis ataupun penuh makna. Sudah jelas jauh dari kebenaran yang sesungguhnya karena kebenaran adalah fenomena tanpa persepsi dan tanpa tambahan pengalaman tertentu dari pikiran dan perasaan.

Fenomena batin dapat menjadi ruwet jika dipengaruhi berbagai persepsi, pengalaman batin bercampur pikiran dan perasaan sebelumnya (bisa juga dari pengalaman kita atau dari generasi terdahulu kita). Ia kemudian bergulung dengan kesadaran indra kita saat 'mengalami kondisi batin berikutnya.

Keruwetan ini membuat kita tidak lagi berada pada 'saat ini'. Tenggelam dalam pemikiran yang terus beranak-pinak dan menguasai keseluruhan aktivitas kita dalam sehari-hari. Persepsi dan kebingungan mental begitu kuat, mengelabui semua kondisi yang nyata 'saat ini'. Kesadaran batin menjadi sulit untuk mengenali kebenaran dan membuat kita jatuh dalam penderitaan batin yang semakin dalam.

Berkali-kali jatuh di lubang yang sama. Bagai keledai, itulah yang kualami. Minimnya kesadaran membuat aku mengikuti anxietyku. Masuklah aku dalam perangkap batinku sendiri. Pikiran dan perasaan muncul mengikuti persepsi lampau. Persepsi lampau terbentuk oleh pemaknaan lampau. Pemaknaan lampau dipengaruhi oleh keterbatasan pemahaman di usia tersebut dan dengan lingkungan yang ada saat itu.

Saat kuikuti perasaan dan pikiran tersebut, aku masuk dalam lubang penderitaanku sendiri. Setidaknya, aku memahami kebenaran ini. Aku tidak menyalahkan orang lain juga diriku atas 'derita' yang terlahir dari cerita pikiran. Mungkin aku tenggelam berhari-hari, tapi aku dapat kembali lagi. Aku merasakan semua yang terjadi bagai sebuah mimpi. Sebuah fenomena batin, hasil rekayasa pikiran.

Mengetahui berbagai fase kondisi batin di atas, sangat penting untuk kita melatih kesadaran.  Gunanya agar kita dapat selalu mengamati pikiran, perasaan dan apapun yang muncul saat objek bersentuhan dengan indra kita. Hanya mengamati tanpa menghakimi. 

Sering kali kita menghakimi diri kita sendiri atau orang lain. Belakangan aku mulai menyadari. Apa yang menjadi penghalang dalam hidupku untuk selalu berbahagia adalah pikiran dan perasaan serta persepsi yang muncul dari dalam diriku sendiri.

Seorang temanku bertanya, bagaimana rasanya mengalami depresi itu? Menurut pengalamanku, depresi dikarenakan ketidakterampilan memilah pikiran mana yang sesuai keadaan dan pikiran mana yang sudah bercampur dengan persepsi, perasaan dan bentuk-bentuk pemikiran lain yang terekam di bawah sadar kita.

Istilah kata depresi jangan sampai menjadi bentuk penghakiman baru kepada mereka yang mengalaminya. Banyak hal yang harus diupayakan saat mereka mengalaminya. 

Siapa yang menginginkan untuk mengalami anxiety dan depresi. Mereka butuh solusi, bukan stigma negatif dari masyarakat. Welas asih yang murni tanpa penghakiman salah satu hal yang dapat membantu mereka. Tidak mudah untuk mendapatkan hal itu dari orang-orang.

Betul, selalu sadar sedang apa saat ini sangat membantu kita untuk hidup di saat ini sehingga tidak tenggelam pada pemikiran. Namun, untuk mereka yang sudah masuk pada masa depresi sedang dan berat butuh penanganan medis serta kegiatan olahraga yang mendukung serta lingkungan yang penuh penerimaan secara total. Jangan pernah menyerah. Terus berusaha agar dapat terlepas dari kondisi tersebut.

Lingkungan yang positif penting bagi perkembangan batin kita. Kita dapat mendapatkan pengalaman bahwa pemikiran-pemikiran kita yang kadang cenderung negatif ternyata tidak benar. Kita jadi menyadari bahwa gambaran bayangan yang akan terjadi, ternyata berasal dari pemikiran kita sendiri. Tidak mudah, tapi milikilah keyakinan pasti bisa.

Berlatih meditasi di saat pikiran sudah sangat kacau tidaklah mudah. Itu sebabnya, di beberapa tempat retret meditasi menyarankan mereka yang sedang mengalami depresi, sebaiknya pergi ke psikiater terlebih dahulu. Belajar meditasi menjadi hal yang sangat penting agar kita dapat melatih pikiran menjadi lebih harmonis. Kesadaran menjadi terlatih dalam mengamati tanpa bereaksi terhadap pikiran-pikiran yang tidak bermanfaat.

Melatih kesadaran sesungguhnya dilakukan setiap saat. Retret meditasi yang dilakukan adalah untuk melatih kesadaran kita agar dapat terampil untuk tetap hidup berkesadaran. Tetap bisa mengamati pikiran dan perasaan yang datang dan pergi tanpa terpengaruh.

Satu hal lagi, tidak ada satupun yang perlu dipersalahkan dalam hidup ini. Berlatih sambil jalani kehidupan yang ada. Tidak mudah untuk mereka yang sudah masuk dalam pemikiran-pemikiran yang sudah rumit. Saatnya nanti, pasti akan berbuah manis.

Jangan berkecil hati juga ketika kita sedang mengalaminya. Ada yang mengatakan kepadaku, "Kamu menyadari kalau kamu mengalami anxiety dan depresi. Di luar sana sebetulnya hampir semua orang mengalaminya. Hanya mereka tidak menyadarinya. Selain itu, tiap orang yang mengalami mempunyai kadar yang berbeda-beda. Terus maju dan aku yakin kamu bisa."

Mari kita arahkan pikiran-pikiran kita agar selalu harmonis. Tidak saling bertentangan dan tidak larut dalam pemikiran-pemikiran yang menjatuhkan kita. Semoga Semua Mahluk Berbahagia.

**

Jakarta, 21 Oktober 2022
Penulis: W Rny, Kompasianer Mettasik

Penulis | Shaksi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun