Kamu harus marah juga saat ibumu ditinggalkan ayahmu. Bukan terpuruk dalam ketakutan dan kesedihan. Mereka meninggalkanmu saat kamu sangat bergantung pada mereka!
Tidak.... Tidak.... Tidak ada yang salah dari semua itu. Dengarkan... Tidak ada yang salah. Segala sesuatu ada akhirnya. Tidak ada yang dapat dipegang seterusnya. Perpisahan pasti terjadi. Anicca, tak ada yang kekal. Jangan membenci karena apa yang kamu tanam dalam dirimu, itulah dirimu. Bukan mereka.
Tapi aku... sangat kesepian saat ini.... Aku takut... Ini pun akan berlalu. Oh.... Blasss....
'Aku' kembali duduk diam.... Menyaksikan 'banyak aku' di kepalaku
Kepalaku?
Siapakah Aku?
Siapakah yang 'menyaksikan' suara aku, aku dan aku di kepalaku?
Fajar menyingsing memecah keheningan malam yang telah berlalu. Mata terpejam tanpa suara... Shaksi selalu ada...
Semua hanyalah rangkaian 'alur cerita' yang 'dibuat' oleh pikiran. Alur cerita terbentuk dari kondisi nyata bercampur dengan berbagai 'isi' persepsi yang belum tentu nyata.Â
Pikiran biasanya bebas membentuk 'cerita' apapun sesuai dengan pengalaman apa yang tersimpan dalam bagian kecil dari otak kita. Â Sesungguhnya 'saat ini' lah yang nyata.
Kuletakkan ballpointku sambil menutup buku tempatku mengukir cerita pendek, puisi dan lainnya. Yah... kali ini aku mencoba mencari konsep yang jelas bagaimana melukiskan pikiran bisa mengelabui sebagai sosok diri. Terlalu banyak pikiran dan perasaan yang datang silih berganti. Ia bisa melompat dari masa lalu maupun ke masa yang akan datang.
Pikiran muncul dari simpanan bawah sadar. Mungkin juga pengalaman yang tersimpan adalah pengalaman orang lain yang ikut tersimpan dalam memori kita, ketika kita masih kecil.Â
Atau mungkin ketakutan kita di masa lalu terekam kuat dalam campuran emosi yang kita dapatkan dari orang lain di sekitar kita. Amygdala bagian otak tertentu di kepala kita bertugas merekam kejadian yang sangat membekas pada diri kita.