Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna di Balik Lambang-Lambang dalam Agama Buddha

13 Oktober 2022   06:06 Diperbarui: 13 Oktober 2022   06:10 5420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: feng-shui.lovetoknow.com, diolah pribadi

Lilin yang biasanya diletakkan di altar Buddha merupakan lambang atau simbol penerangan. Dalam hal ini, lilin melambangkan atau menyimbolkan ajaran Buddha (Dhamma). Dhamma berfungsi sebagai "pelita" yang menerangi batin dengan mengusir kegelapan batin dan ketidaktahuan (avijja).

Lilin juga bisa menjadi lambang atau simbol bahwa rangkaian karma dalam kehidupan ini - bentuknya adalah kehidupan itu sendiri - akan habis atau selesai pada waktunya atau sesuai dengan kondisinya. Yang perlu dipahami adalah selagi suatu makhluk masih ada di arus samsara, kelahiran kembali akan terus dialami oleh makhluk tersebut.

10. Dupa atau Hio

gambar: feng-shui.lovetoknow.com, diolah pribadi
gambar: feng-shui.lovetoknow.com, diolah pribadi

Dupa atau hio, yang sering dinyalakan di altar Buddha, melambangkan atau menyimbolkan keharuman atau wanginya ajaran benar (Buddha Dhamma), yang menyebar ke segala arah bahkan ke semua alam.

Namun berbeda dengan keharuman atau wangi dupa atau hio yang menyebar hanya searah dengan tiupan angin, keharuman atau wanginya Dhamma menyebar ke segala arah bahkan ke semua alam.

Dupa atau hio juga melambangkan keharuman atau wanginya kebajikan yang dilakukan, akan menyebar ke segala arah, bahkan ke semua alam. Oleh karenanya, keberadaan dupa atau hio juga mengingatkan kita untuk lebih banyak berbuat baik sepanjang kehidupan. Sebaliknya, berhati-hatilah dengan perbuatan buruk, aroma atau bau busuknya juga akan menyebar ke segala arah dan ke semua alam.

11. Bunga

gambar: wikipedia.org, diolah pribadi
gambar: wikipedia.org, diolah pribadi

Bunga dalam agama Buddha menjadi lambang atau simbol ketidakkekalan (anicca). Buddha mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berkondisi, yang terbentuk dari perpaduan unsur, yang saling bergantungan adalah tidak kekal, akan berubah adanya.

Bunga dibentuk awalnya oleh bakal bunga, lalu mulai mekar perlahan menjadi bunga sempurna. Tahapan ini berlanjut dengan bunga mulai melayu dan pada akhirnya gugur atau luruh sepenuhnya. Kelayuan bunga melambangkan atau menyimbolkan kehidupan yang akan mengalami kelapukan dan menuju ke kematian.

Ada pula yang mengartikan keharuman atau wanginya bunga dengan keharuman dan wanginya ajaran Buddha (Dhamma) serta kebajikan. Tentu saja hal ini diperbolehkan dan sah-sah saja sepanjang dapat mengingatkan dan memotivasi kita untuk lebih banyak mempraktikkan Buddha Dhamma dan melakukan kebajikan.

12. Air

gambar: cdc.gov, diolah pribadi
gambar: cdc.gov, diolah pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun