Setiap manusia di dunia ini menginginkan kehidupan yang bahagia, aman sentosa, tenteram, rukun, damai, dan makmur. Seseorang beranggapan hidup bahagia dapat dicapai dengan memburu karir yang tinggi dan mendambakan kekuasaan tinggi. Mereka berkeyakinan dengan adanya kekuasaan maka dapat mendatangkan kekayaan. Dengan kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki, mereka dapat menikmati kehidupannya dan menjadi bahagia.
Banyak manusia bekerja keras untuk menggumpulkan kekayaan, namun mereka tidak dapat menikmati kekayaan mereka. Pada saat mereka ingin menikmati kekayaannya, mereka sudah sakit. Sering ditemukan banyak orang kaya dan yang berkuasa menghabiskan banyak uang untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Penyakit telah membatasi mereka untuk menikmati makanan ataupun bepergian.
Ada sebagian orang yang berusaha untuk memiliki kekuasaan atau kekayaan dengan cara yang tidak halal, yaitu dengan membunuh, menipu, memeras, atau memfitnah. Orang tersebut akan dicela dan tidak dihormati di masyarakat.
Nibbana adalah Kebahagiaan Tertinggi
Menurut ajaran Buddha, kebahagiaan tertinggi adalah Nibbana. Nibbana berarti pencapaian kesempurnaan. Nibbana dapat diartikan berhentinya keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin. Pencapaian Nibbana merupakan kesempurnaan, kebahagiaan tertinggi, dan kebahagiaan yang abadi.
Sulit untuk Dilahirkan Menjadi Manusia
Dalam Dhammapada syair 182, "Adalah sangat sulit sekali untuk dapat terlahir sebagai manusia dalam lingkaran tumimbal lahir, sungguh sulit hidup sebagai manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Dhamma, demikianlah sungguh jarang terjadi kelahiran para Buddha."
Ada perumpamaan yang menceritakan bahwa untuk menjadi seorang manusia adalah saat kepala seekor kura-kura yang tinggal di dalam samudera, naik di atas samudera untuk mengambil nafas, selanjunya kepala kura-kura tersebut masuk ke dalam bulatan yang mengapung di atas samudera. Kura-kura tersebut hidup di samudera luas yang kepalanya akan naik ke atas samudera untuk mengambil nafas hanya sekali dalam 100 tahun.
Sedangkan bulatan berbentuk lingkaran yang terbuat dari rotan mengapung-apung di atas samudera. Â Coba bayangkan berapa besarnya peluang kepala seekor kura-kura yang berada di samudera dapat masuk ke dalam bulatan rotan yang terapung pada saat kura-kura tersebut menaikkan kepalanya di atas samudera.
Kelahiran kita di alam manusia merupakan hasil dari kumpulan kamma dari perbuatan kita pada kehidupan-kehidupan lalu melalui ucapan, pikiran, dan perbuatan. Dalam ajaran Buddha terdapat 31 alam kehidupan. Seseorang, yang belum mencapai Nibbana, akan dilahirkan ke dalam 31 alam kehidupan sesuai dengan kamma-nya. Oleh karenanya, marilah menghimpun kamma baik melalui kata-kata, pikiran, dan perbuatan yang baik dengan mempelajari dan memahami Empat Kebenaran Mulia.
Empat Kebenaran Mulia terdiri dari pemahaman tentang penderitaan (dukkha), akar penyebab daripada penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan untuk melenyapkan penderitaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia tidak luput dari penderitaan (dukkha), misalnya sakit, emosi, iri hati, dan penderitaan lainnya.
Penderitaan ini disebabkan oleh keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha). Seseorang yang suka membandingkan kekayaan, kecantikan, ataupun jabatannya dengan orang lain, apabila suatu saat tersaingi maka dia akan sedih dan menderita. Dia akan membenci pesaingnya. Seseorang yang serakah dan penuh kebencian tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan, perkataan, dan pikiran yang baik/tidak baik ataupun bermanfaat/merugikan.
Penderitaan dapat lenyap jika seseorang telah dapat menghilangkan keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Â
Nibbana dalam Kehidupan Sehari-hari dengan menjalankan Jalan Mulia Berunsur DelapanÂ
Jalan untuk melenyapkan penderitaan adalah dengan jalan mulia berunsur delapan. Vajiramedhi (2022) mengatakan bahwa setiap manusia dapat menerapkan Jalan Mulia Berunsur Delapan dalam kehidupan sehari-hari untuk merealisasikan Nibbana dalam kehidupan sehari-hari.
Pandangan yang benar. Pandangan benar artinya seseorang harus mengetahui apa yang sedang dia lakukan dan untuk apa dia melakukannya. Pada saat Anda menjawab panggilan telepon seluler, anda harus terlebih dahulu mengetahui dengan siapa anda berkomunikasi, seberapa penting orang tersebut, sejauh mana anda memberikan atau meminta informasi dari dia.
Jika ada nomor telepon yang masuk dalam telepon seluler kita, tentu saja kita akan berhati-hati supaya tidak tertipu dan kita, tentu saja, enggan menjawab panggilan dari nomor marketing tidak jelas.
Jika kita berkendara, kita harus tahu terlebih dahulu kenderaan apa yang digunakan, tujuan yang akan kita tuju, rute yang terbaik untuk kita lalui, dan kita sudah menyematkan keselamatan berlalu lintas.
Dalam mengasuh anak, kita harus memberikan pandangan benar kepadanya terhadap setiap kegiatannya. Pada saat dia belajar, kita mengajari apa yang sedang dia pelajari, dan manfaat daripada dia mempelajari mata pelajaran tersebut.
Saat dia belajar matematika, dia harus mengerti untuk tambah, kurang, kali, atau bagi. Dia harus memahami bahwa matematika dapat membantu dia untuk mata pelajaran yang lain, misalnya prakarya untuk menghitung panjang, lebar, dan tinggi. Pada saat dewasa, dia berbisnis maka matematika dapat membantu dia menghitung untung atau rugi dari sebuah transaksi bisnis. Dengan mengetahui matematika maka dia tidak akan dibohongi atau dirugikan oleh orang lain di kemudian hari.
Dengan pandangan benar maka kita dapat menyadari bahwa dalam kehidupan ini semuanya bersifat tidak kekal (anicca).
Pikiran yang benar. Pikiran benar dapat dilakukan dengan selalu berpikir perbuatan baik, membangkitkan cinta kasih, dan meningkatkan belas kasih. Kita tidak membenci, memarahi, atau cemburu dengan mencari kesalahan orang lain. Kita belajar mengembangkan cinta kasih dengan berlatih untuk suka atau sayang kepada semua manusia dan semua makhluk hidup tanpa membedakan latar belakang, kelompok tertentu, usia, etnis, jenis kelamin, dan status sosial. Kita selalu tergerak dan timbul niat baik untuk membantu jika melihat makhluk yang memerlukan bantuan.
Ucapan yang benar. Ucapan benar mencakup berbicara, memberi isyarat dengan bahasa tubuh, ataupun ucapan tidak langsung melalui surat, baik surat elektronik melalui email ataupun dengan pesan singkat melalui WhatsApp, LINE, WeChat, KakaoTalk, atau aplikasi messenger lainnya. Seseorang harus menghindari kata-kata yang berbohong, olok-olok, fitnah, gosip, dan kata kasar. Seseorang hendaknya berbicara apa yang benar, terbukti, dan bermanfaat dengan tulus, cinta kasih, ramah, dan sopan setiap saat.
Mata pencaharian yang benar. Mata pencaharian yang benar dimulai dengan memilih profesi yang jujur, menghindari praktik-praktik korupsi, atau melanggar hukum, menghindari tindakan yang merugikan atau membahayakan orang lain, dan menjaga kelestarian alam. Mata pencaharian yang baik dan benar sebaiknya menghindari perdagangan senjata, perdagangan manusia, perdagangan makhluk hidup, perdagangan minuman keras dan yang memabukkan, dan perdagangan racun.
Perbuatan yang benar. Perbuatan yang benar berarti perbuatan baik. Perbuatan baik dapat dilakukan dengan menjalankan lima sila, yaitu: tidak membunuh makhluk hidup, tidak mencuri atau mengambil barang yang tidak diberikan, tidak melanggar etika seksual, tidak berdusta, dan tidak meminum minuman yang dapat melemahkan kesadaran. Seseorang yang melaksanakan moralitas dengan baik dapat memberikan jaminan dan keamanan kepada kehidupan, harta benda, institusi keluarga, kebijaksanaan, kecerdasan, dan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi makhluk lain.
Daya upaya benar. Seseorang meraih kesuksesan dengan daya upaya yang benar secara konsisten, disiplin, dan berkesinambungan. Dia selalu berupaya untuk berbuat baik, menghentikan perbuatan tidak baik yang pernah dilakukan, selalu berupaya untuk melakukan perbuatan baik yang baru, dan mempertahankan serta meningkatkan perbuatan baik yang telah dilakukan. Seseorang harus mengembangkan pikiran positifnya untuk mencapai kesuksesan melalui sekolah, kuliah, kerja keras, pengetahuan, pengalaman, perbuatan baik, dan kebijaksanaannya.
Perhatian benar. Seseorang menyadari apa yang terjadi secara fisik dan batin di sini pada saat ini. Saat seseorang dalam perasaan senang dan bahagia, dia menyadari bahwa dia sedang senang dan bahagia. Demikian juga, saat dia sedih, dia menyadari bahwa dia sedang sedih.
Seseorang harus berlatih untuk dapat hidup pada saat ini dengan memusatkan perhatian pada tubuh, perasaan, persepsi, bentukan mental, kesadaran, dan semua yang ada di sekelilingnya. Dengan praktik perhatian benar dapat membebaskan seseorang dari tekanan dan rasa sakit dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang harus sadar bahwa dia hidup pada saat ini, karena yang lalu telah berlalu dan tidak bisa dikoreksi lagi, sedangkan yang akan datang belum tiba, jadi janganlah dicemaskan karena belum tentu akan terjadi. Dia harus melakukan instropeksi diri atas perbuatannya pada masa lalu di saat ini, sehingga dia akan memperbaiki perbuatannya yang buruk di waktu lampau ataupun meningkatkan perbuatan baik yang telah dilakukannya di waktu lampau, pada saat ini.
Apabila seseorang memperbaiki perilaku dan ucapannya menjadi lebih baik pada saat ini, dia akan menikmati kebahagiaan pada kehidupan kekinian. Apabila seseorang terus berlatih maka dia juga akan menikmati kebahagiaan pada kehidupan di masa mendatang.
Konsentrasi Benar. Seseorang yang akan meningkatkan kesadaran mengenai apa yang dia katakan dan berbuat, sebaiknya dia berlatih untuk menjaga dan meningkatkan konsentrasinya. Seseorang yang berbuat dan berkata-kata yang baik belum tentu memiliki pikiran yang baik. Namun seseorang yang telah memiliki pikiran yang baik, sudah tentu memiliki perbuatan dan ucapan yang baik.
Seseorang yang akan meningkatkan kesadaran mengenai apa yang dia katakan dan berbuat, dia harus berlatih untuk menjaga dan meningkatkan konsentrasinya. Latihan untuk meningkatkan konsentrasi dapat dilakukan dengan meditasi. Meditasi bertujuan untuk memfokuskan pikiran menuju ketenangan, kesadaran, dan kebahagiaan. Dalam agama Buddha terdapat dua jenis meditasi, yaitu meditasi Samatha (Samatha Bhavana) dan meditasi Vipassana (Vipassana Bhavana).
Meditasi Samatha merupakan latihan konsentrasi tingkat awal untuk mencapai ketenangan jasmani dan batin dengan berfokus pada objek meditasi, jadi meditasi ini berfungsi untuk mengembangkan ketenangan. Â
Meditasi Vipassana merupakan pengembangan batin untuk mencapai pandangan terang. Tujuannya adalah untuk dapat melihat dengan jelas mengenai proses kehidupan yang selalu berubah tanpa henti (anicca), selalu dicengkram oleh penderitaan (dukkha), dan tanpa aku yang kekal (anatta). Oleh karenanya, meditasi Vipassana dapat mengarah pada pembersihan batin dan pembebasan kemelekatan secara sempurna yang pada akhirnya mengarah pada pencapaian Nibbana.
Jalan Mulia berunsur delapan yang disebutkan di atas sering dikelompokkan menjadi kelompok, yaitu: bagian kebijaksanaan, kemoralan, dan konsentrasi.
Kebijaksanaan terdiri dari Pandangan Benar dan Pikiran Benar. Kemoralan terdiri dari Ucapan Benar, Perbuatan Benar, dan Mata Pencaharian Benar. Selanjutnya konsentrasi terdiri dari Daya Upaya Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.
Seseorang yang melaksanakan Jalan Mulia berunsur delapan secara disiplin, penuh semangat, dan tekun akan dapat menghilangkan ketamakan (lobha), kebencian (dosa), dan kegelapan batin (moha).
Penutup
Lahir menjadi seorang manusia adalah sangat sulit. Seseorang dalam kehidupan sehari-harinya dipenuhi dengan suka dan duka yang silih berganti. Seseorang, yang akan hidup bahagia setiap hari, harus meningkatkan kesadaran pada saat ini karena dia selalu merasa sedih jika dia mengingat penderitaan masa lalunya dan dia merasa cemas terhadap suatu peristiwa di masa depan yang belum pasti akan terjadi.
Seseorang yang menjalankan jalan tengah berunsur delapan dalam kehidupan sehari-hari maka dia akan meningkatkan kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupannya.Â
Praktik jalan mulia berunsur delapan dapat meningkatkan kesadaran seseorang untuk hidup pada saat ini, sehingga dia akan mempelajari masa lalunya dengan memperbaiki atau meninggalkan perbuatan yang kurang baik di masa lalunya atau meningkatkan kebaikan yang telah dibuatnya di masa lalu pada saat ini untuk memperoleh kebaikan dan kebahagiaan bagi dirinya pada masa yang akan datang.
Seiring dengan berjalannya waktu, seseorang akan meningkatkan kebijaksanaan, kemoralan, dan konsentrasi yang bermanfaat untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin secara bertahap.Â
Seseorang yang telah melenyapkan keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin akan memiliki kehidupan dengan kebahagiaan yang tertinggi. Kebahagiaan tertinggi itu adalah Nibbana.
Semoga kita semuanya terkondisikan mencapai Nibbana.
Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu...sadhu...sadhu...
**
Referensi:
De Silva, Lily. 2005. Nibbana sebagai Suatu Pengalaman Hidup. Jogjakarta: Kamadhis UGM.
Vajiramedhi, V., 2022. Nibbana dalam Kehidupan Sehari-hari: Kebahagiaan dalam Setiap Momen Kehidupan. Jakarta: Karaniya.
**
Medan, 11 Oktober 2022
Penulis: Thomas Sumarsan Goh, Kompasianer Mettasik
Long Life Learning
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H