Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Mindful Speech

2 Oktober 2022   05:28 Diperbarui: 2 Oktober 2022   06:33 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentang Mindful Speech (gambar: tarabrach.com, diolah pribadi)

Pada saat kesepian, seseorang mungkin ingin berbicara, apa yang dikatakannya bisa saja penuh dengan racun seperti kebencian, kemarahan, dan frustasi. Ketika seseorang berbicara dengan tidak perhatian maka akan mudah terjerumus untuk mengatakan yang tidak sebenarnya, melebih-lebihkan, berbicara yang tidak bermanfaat, dan mengucapkan bahasa yang tidak membantu.

Literatur buddhis terkait ucapan benar

Literatur buddhis klasik banyak sekali membicarakan terkait ucapan benar. Dalam Sacavibhnaga Sutta, Sang Buddha mendefinisikannya sebagai ucapan yang menghindari berbohong, memfitnah, kata kasar, dan omong kosong.

Selain itu, dalam Kakacupama Sutta (Majjhima Nikaya) kriteria ucapan benar jika tepat waktu, sesuai kebenaran, lembut, bertujuan, dan penuh cinta kasih.

Namun demikian, bukan berarti seseorang tidak boleh mengucapkan kritik tajam. Dalam Abhayarajakumara Sutta, Sang Buddha menegaskan bahwa beliau tetap mengungkapkan kata-kata yang mungkin tidak disukai atau dikehendaki orang lain sejauh itu bermanfaat dan pada waktu yang tepat.

Jika mengkomparasikan antara empat prinsip dasar dalam berkomunikasi yang dinyatakan oleh Cynthia Kane nampak bahwa prinsip tersbut memang diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Buddhis terkait ucapan benar.

Pada intinya, melalui ucapan seseorang berpotensi menciptakan kebahagiaan atau penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain. Setiap orang harus tetap berusaha mindful speech dengan berbicara secara sadar, singkat, dan jelas.

Sama halnya aktivitas lain, komunikasi membutuhkan latihan. Semakin sering berlatih mindful speech maka akan tercipta komunikasi yang responsif. Yakni komunikasi yang jujur, seimbang, bermanfaat, dan membantu. Itulah komunikasi seorang Buddhis dan untuk mempraktikkan itu seseorang tidak harus menjadi Buddhis.

Daftar Bacaan:

Kane, Cynthia. (2016). How communicate like a buddhist. San antonio: Hieorpant Publishing.

Mehl, M. R., Wazire, S., Ramirez-Esparza, N., Slatcher, R. B., & Pennebaker, J. W. (2014). Are women really more talkaktive than men. Retrived from https://www.researchgate.net//publication//62232260.

Nanamoli & Bodhi. (2013). Kotbah-Kotbah Menegah sang Buddha Majjhima Nikaya. Terjemahan Edi Wijaya & Indra Anggara. Jakarta: Dhammacitta

Thich Nhat Hanh. The art of communicating. Harper One Publishing.

**

Tangerang, 02 Oktober 2022
Penulis: Kemanya Karbono, Kompasianer Mettasik

Berlatih melakukan apa yang diucapkan, dan mengucapkan apa yang dilakukan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun