Membangun peradaban tentu tidak bisa dilepaskan dari manusia sebagai subjek individu. Sejak dalam janin hingga menjadi manusia dewasa yang terjun ke masyarakat. Seorang anak mendapatkan pengasuhan, pendidikan dan bimbingan agar ia dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya.
Cerita dari seorang wali murid: "Miss, saya malu banget ketika kami berlima sedang antre untuk mendapatkan tiket pertunjukan. Karena malas berdiri lama, saya kasih uang dan suruh asisten rumah tangga untuk titip orang yang berdiri paling depan. Eeh... tetiba Richard bilang 'Kenapa Mama enggak bisa sabar ya! Semua orang juga antre' ". Â Sontak saya kaget dan menjawab, "Memang kenapa? Supaya cepat dong, Nak!"
"Ma, kata Miss kita harus sabar. Nanti juga kebagian! Jangan berebutan" jawabnya.
Kisah lain yang juga disampaikan oleh seorang guru kepadaku. "Miss, tahu enggak? Kemarin kan kita membahas tentang penyebab banjir. Ada anak yang mengadu kalau papanya suka buang sampah lewat jendela kaca mobil. Kemudian ia bilang 'Pa, jangan buang sampah di jalan nanti rumah kita banjir loh'. Akhirnya si papa batal melakukannya."
Masih banyak cerita menarik lainnya yang membuatku semakin bergairah berkutat di dunia anak. Simpel, sederhana sepadan dengan tingkat pemahaman anak usia prasekolah. Â Simak terus cerita Mettasik.
Dahsyat ya, satu orang anak mempengaruhi keluarga inti. Lalu keluarga ini menularkan kebiasaan baik kepada keluarga besarnya dan seterusnya. Andaikan itu dilakukan oleh sepuluh orang anak, seratus anak, bahkan seribu anak. Terbayang ya, dampak dari efek domino ini luar biasa.
Kebajikan besar atau kecil, sengaja atau tidak disengaja, terlihat ataupun tidak, semua akan memberikan dampak dan membawa perubahan lebih baik. Perubahan itu pasti tapi kebajikan harga mati.
Ayo, kita bersama-sama bergabung menjadi bagian penabur kebajikan. Niscaya hidup bahagia dan berkecukupan akan setia mendampingi kita.
"Janganlah meremehkan kebaikan (dengan berpikir), 'Kebaikan sedikit akan tidak berakibat.' Belanga pun akan penuh dengan tetes demi tetes air. Demikianlah, orang bijak dipenuhi kebaikan yang ia timbun sedikit demi sedikit." (Dhammapada 122)
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
**