Aku terpincut dengan anak-anak daycare dan preschool yang lugu dan polos di bawah supervisiku. Â Aku bergumam, inilah ladang kebajikan yang perlu disemai.
Mereka adalah tunas yang akan tumbuh dan berkembang membawa misi kebaikan bagi keluarga, masyarakat, dan dunia.
Anak-anak ini adalah agen perubahan bagi kelangsungan generasi berikutnya. Melalui tangan-tangan mungil ini kemajuan dan keunggulan peradaban bangsa dibangun dan terbentuk.
Mereka menyatukan hati keluarga kecilnya, memberikan kehangatan bagi orang di sekitarnya. Senyum manis mereka melekatkan komunitas dan mengakhiri pertikaian. Kepolosan mereka membangun keharmonisan dalam bermasyarakat. Hingga pundi-pundi kebajikan bertambah seperti layaknya gumpalan bola salju (snowball) yang menggelinding membesar, makin besar dan semakin besar. Â
Syahdan, perusahaan tempatku mengabdi mengalami guncangan dahsyat. Kepailitan yang menakutkan semua pengusaha terjadi. Hingga aku harus rela meninggalkannya.
***
Kembali kepada cerita awal tentang maskot alam semesta yang diajarkan kedua orang tuaku. Mama dan Papa membekaliku nilai kehidupan dan memintaku melakukan banyak perbuatan baik sebagai pijakan mengarungi lautan kehidupan (samsara) ini.
Itu membuatku selalu eling kedermawanan dan kebaikan bosku; hingga saat ini tetap mengendap dalam relung hati. Terima kasih, Pak untuk keteladanan yang diberikan. Kebajikan yang ditaburkan bapak tumbuh subur dan bermekaran.  Akhirnya aku pun bertransformasi di dunia pendidikan anak usia dini.
Sebuah perubahan yang menjadi pilihanku. Aku ingin anak-anak didikku mendapatkan siraman edukasi yang membentuk karakter manusia seutuhnya.
***
Membangun peradaban melalui pendidikan dan bimbingan