Tapi di sini artinya kita masih memakai mangkok kaca ini dengan memahami sifat dasar ketidakkekalan kaca. Kita melihat mangkok pecah di dalam mangkok yang belum pecah.
Sehingga saat waktunya mangkok ini pecah, kita tidak kaget. Kita bisa menerima kenyataan kalau memang sifat dasar dari kaca adalah bisa pecah, tidak kekal, bukannya malah menyalahkan orang-orang yang memecahkan mangkok tersebut.
Dengan menyadari saat ini kita sedang memegang mangkok yang sifat dasarnya bisa pecah, apa yang harus kita lakukan?
Kalo pada akhirnya semua bukan milikmu dalam artinya akan pecah sewaktu-waktu, lantas mengapa mangkok ini tidak dipakai saja buat sesuatu yang berguna?
Sebab mangkok dipakai atau tidak, toh pada akhirnya pasti pecah juga. Itulah sifat ketidakkekalan di dunia ini.
Hidup ini terlalu singkat. Ada yang ke dunia ini buat memberi manfaat, ada yang ke dunia ini buat pajangan saja, dan ada ke dunia ini buat merusak.
Semua pilihan ada ditangan kita sendiri. Anda memilih yang mana?
Inilah sedikit sharing pembebasan versi saya. Bagaimana dengan versi Anda?
Refleksi:
Apakah kita masih bisa memikirkan Dhamma bila negara dalam kondisi perang? Â Bersyukur kita tinggal di Indonesia yang telah mengalami pembebasan. Disaat semua negara lagi krisis, kita masih aman-aman saja.
Selamat memperingati HUT RI yang ke 77.
Merdeka!