Saat menjemput anakku dari sekolah, dengan girang anakku berkata "Besok Ade libur dan tidak ada les apa-apa! Â Ade be free from mental suffering ( bebas dari penderitaan batin)!"
Kalimat si kecil diatas jelas membuat saya ingin menggodanya.
"Kalau begitu, bagaimana kalau Ade tidak sekolah dan tidak les buat seterusnya? Jadi Ade bisa bebas dari penderitaan batin selamanya. Terus Mami berhenti menjadi mami? Biar bisa bebas dari tugas sebagai seorang mami? "
Dengan lantang anakku menjawab, "No! Mana bisa Mi! Mami kan sudah melahirkan kita!"
Merasa tidak mau kalah, saya menjawab, "Bisa saja De! Mami bisa melempar tanggung jawab dengan menitip kalian ke seseorang atau mungkin ke panti asuhan."
Tetapi dengan buru-buru saya menambahkan,
"Namun Mami tidak akan pernah melakukannya. Kalo Mami melakukannya berarti Mami melempar tanggung jawab, bukan be free from mental suffering!"
Di sini saya ingin menyadarkan anakku tentang pembebasan versi Dhamma bukanlah bebas dari tanggung jawab.
Hidup itu pilihan. Selalu ada  tanggung jawab  dan hak yang mengikuti.  Dan di sini terjadi semacam karma. Jika anda rajin berusaha, tentu akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, begitu juga sebaliknya.
Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Kalau anda sudah memilih, maka jalanilah dengan senang hati. Dan ingatlah! Dalam setiap tindakan yang dipilih, akan selalu ada harga yang harus dibayar!