Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sesungguhnya Tidak Ada Perjuangan yang Sia-sia

15 Juni 2022   05:58 Diperbarui: 15 Juni 2022   06:04 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesungguhnya Tidak Ada Perjuangan yang Sia-sia (bangkokpost.com, diolah pribadi)

Dewi Manimekhala masih menguji, "Tak ada guna dan arti perjuangan seperti ini. Ketika tak ada hasil yang dapat diraih, juga tak ada imbalan yang dapat diperoleh, dan hanya akhir kehidupan atas semua deritamu."

Mahajanaka menjawab, "Seseorang yang memiliki pikiran bahwa tak ada hasil yang dapat dicapai dan tidak melakukan perjuangan di saat ia bisa, sangat layak dipersalahkan atas semua kerugian yang terjadi, dikarenakan hati yang dimilikinya lemah dan membuang-buang waktu. Berbagai orang dalam dunia ini membuat rancangan rencana. 

Mereka harus melaksanakan apa yang harus dikerjakan dengan sebaik mungkin. Rencana dapat sukses, mungkin gagal. Ketidakpastian masa depan akan menunjukkan sisanya. Hasil saat ini, ditentukan oleh tindakan diri sendiri. 

Semua orang yang lain mati namun saya bisa selamat. Anda pun berada di dekat saya. Yang terbaiklah akan terus saya lakukan. Saya akan terus berjuang untuk mengarungi samudra ini sampai ke daratan. Kalau saya masih memiliki kekuatan, takkan berhenti saya berjuang. Saya tidak akan menyerah hingga saya tidak lagi sanggup untuk berupaya dan berjuang."

Dewi Manimekhala kemudian berucap, setelah mendengar pernyataan Mahajanaka yang demikian teguh, "Perjuangan berani yang kamu lakukan di tengah samudra yang ganas ini, dengan tidak mundur dari tugas yang telah ditetapkan, berjuang sesuai dengan kewajiban memanggilmu, pergilah ke tempat di mana hatimu kehendaki. Jangan biarkan ada halangan merintangimu."

Dewi Manimekhala lalu bertanya ke mana tujuan Mahajanaka. Setelah mendengar jawabannya, Dewi Manimekhala melempar Bodhisatta ke arah atas seumpama karangan bunga. Lalu dipegang dengan kedua tangannya, diletakkannya di dada, dan dibawanya seperti ia adalah anaknya yang dikasihi. Dewi Manimekhala terbang hingga tiba di tempat yang diinginkan oleh Bodhisatta.

Sangat luar biasa usaha atau upaya atau perjuangan yang sudah diteladankan oleh Mahajanaka, Sang Bodhisatta. Inilah tauladan bagi seorang buddhis, yang mana harus terus berjuang selagi masih ada kesanggupan. Berjuang dan melakukan yang maksimal dan terbaik. Itulah hakikat manusia sejati. Manusia yang menghargai dan mengisi kehidupannya secara maksimal.

**

Referensi:

Sri Dhammananda. 2002. Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: Yayasan Penerbit Karaniya.

Tasfan Santacitta (Penerjemah), Drs. Handaka Vijjananda Apt. (Editor), Bhikkhu Dharmasurya Bhumi Mahathera (Penyelia Naskah). 2012. Jataka Volume VI (Mahajanaka-Jataka), Suttapitaka, Khuddakanikaya. Medan: Indonesia Tipitaka Center (ITC).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun