Kekecewaan hanya ada karena ada keinginan. Ketika keinginan tidak tercapai seperti macet, muncul kebencian. Adanya kebencian hanya menambah beban.
Ingin menunjukkan diri sebagai karyawan/siwa yang baik, ternyata tidak bisa karena sering terlambat. Ingin menunjukkan ego, malah berakhir dengan kekecewaan
Puncak keinginan seperti langit, di atas langit ada langit, di atasnya masih ada langit lagi. Keinginan tidak ada batasnya, seperti seseorang sedang haus meminum air laut yang asin, semakin diminum semakin haus.
Sedangkan setiap keinginan yang tidak terpenuhi akan berakhir pada kekecewaan. Sudah pasti tidak semua keinginan dapat dipenuhi. Tidak akan pernah dapat terpenuhi semuanya.
**
Menempatkan kebahagiaan dengan berlandaskan terpenuhinya keinginan, adalah sebuah kenaifan, sebuah kesia-siaan. Karena tidak mungkin semua keinginan terpenuhi.
Yang pada akhirnya hanya berujung pada menambah beban hidup, menambah penderitaan, kebahagiaan semakin menjauh.
Tubuh membutuhkan cukup sepiring nasi, tahu dan tempe. Tapi karena keinginan, ingin makan dengan ayam goreng, sate atau lainnya. Tubuh cukup pakai t-shirt, celana, pakaian dalam. Tetapi karena keinginan maka t-shirt harus bermerek, celana harus bermerek.
Biaya makan dengan ayam goreng, sate, t-shirt bermerek, celana bermerek butuh biaya, biaya tidak ada yang gratis, semua harus diusahakan. Yang pada ujungnya akan menambah beban kehidupan.
Tidak mengherankan kalau seseorang naik gaji rasa senangnya hanya bertahan beberapa bulan, karena begitu gaji naik maka keinginannya melambung. Melambungnya keinginan hanya menjauhkan diri dari kebahagiaan.
**