Dengan pikiran yang terlatih mengamati apa adanya, maka dalam kehidupan nyata pikiran akan berlaku sama, mengetahui apa adanya, tidak kepo terhadap apa yang dihadapi. Ketika ada masalah, pikiran tenang melihat masalah apa adanya.
Yang biasanya langsung marah, karena pikiran sudah dilatih melihat apa adanya, maka jika ada masalah kemarahan tidak mudah tersulut. Dapat melihat masalah dengan jernih, sehingga keputusan yang diambil menjadi lebih baik, karena dengan pertimbangan yang bijaksana. Silahkan simak kisah nyata akan manfaat meditasi
Ketika membeli barang, memilih dengan penilaian apa adanya, bukan karena punya uang, bukan karena  keinginan, bukan karena iklan, tapi karena memang kebutuhan, sehingga penggunaan uang menjadi lebih baik.
Ketika pikiran dilatih untuk menjadi pengawas, maka banyak masalah kehidupan dapat diawasi dengan lebih baik, banyak masalah akan dapat diselesaikan dengan baik.
Dengan berlatih meditasi maka kehidupan dapat dihadapi dengan lebih tenang, seperti ada jeda waktu untuk melihat apa adanya, sehingga keputusan dapat diambil dengan lebih bijak.
Melihat Apa Adanya, sebuah catatan:Â Secara sederhana adalah melihat/mengetahui tanpa menilai, hanya mengetahui, hanya mengawasi apa yang terjadi.
Lebih jauh, dalam meditasi Vipassana adalah melihat apa adanya adalah melihat aktifitas batin dan jasmani dengan sifat alaminya. Seperti sakit, segar, sehat, perasaan menyenangkan, menyebalkan, perasaan netral, marah, benci, iri, serakah, sombong, bahagia, kenangan dan lainnya. Semua ini memiliki sifat alami yang sama yaitu:
Semua tidak kekal (anicca). Yang tidak kekal tidak memuaskan/penderitaan (dukkha). Semua yang tidak kekal, tidak memuaskan, tidak dikendalikan tidak dapat dikatakan milikku, diriku, aku (anatta).
Dengan melihat anicca, dukkha dan anatta secara langsung (ehipassiko) ke dalam diri/batin masing-masing (opanayiko), akan tumbuh pemahaman, tumbuh kebijaksanaan, bahwa semua ini tidak perlu dilekati, sehingga muncul keenganan.
Enggan terhadap semua ini, sehingga apapun yang muncul tidak mendorong adanya, ingin lagi, ingin lagi, keserakahan (lobha), tidak mendorong adanya kemarahan, kebencian (dosa), tidak mendorong adanya kesombongan, delusi (moha).