Demikian pikiran terlalu sibuk dengan aktifitas kontak panca indera dan pikiran.
Sejatinya kebanyakan kesibukan tersebut tidak membawa manfaat, hanya membuat kecewa, gelisah, khawatir, marah, rindu, iri, dengki dan lainnya.
Tapi karena pikiran terlalu sibuk tidak sempat memilih mana yang bermanfaat, mana yang tidak.
**
Berlatih meditasi pikiran dilatih hanya mengetahui, melihat apa adanya. Tidak kepo. Tidak menilai, hanya mengawasi, pikiran menjadi pengawas, hanya mengetahui apa adanya. Bukan komentator, bukan kritikus. Pikiran cukup diam mengamati, mengetahui apa adanya.
Selama meditasi apapun yang diamati, misalkan nafas masuk, eng-ngeh nafas masuk, saat nafas keluar eng-ngeh nafas keluar. Tidak perlu mengatur nafas, biarkan nafas terjadi secara alami.
Tidak perlu menilai apakah benar atau salah, apakah nafasnya kepanjangan, apakah nafasnya kependekan dan lupakan segala macam penilaian, hanya eng-ngeh masuk dan keluarnya nafas. Cukup mengetahui apa adanya.
Ketika ada suara berisik, cukup eng-ngeh kalau ada suara berisik, tidak perlu marah kepada pembuat suara, tidak perlu marah karena terganggu, cukup mengetahui ada suara berisik apa adanya.
Tetapi jika muncul kemarahan, cukup eng-ngeh, ada kemarahan, pikiran waspada adanya kemarahan.
Ketika ada sensasi sakit, kesemutan, berkeringat dan segala macamnya, tugas dari para meditator hanya eng-ngeh apa yang terjadi, tidak perlu menilai. Cukup mengetahui apa adanya, tidak perlu menilai.
Jika pikiran mengembara, meninggalkan objek meditasi, cukup eng-ngeh kalau pikiran meninggalkan objek, tidak perlu marah, tidak perlu kecewa. Ketika eng-ngeh pikiran mengembara, lalu kembalikan pikiran ke objek kembali dengan lembut.