Miya meletakkan sumpitnya, "Elo mau gw respon ala Mother Theresa atau ala netijen julid?"
Rara tersenyum tipis.
"Senyum elo menjawab elu butuh nuansa kelembutan Mother Theresa." Miya nyengir.
Sambil menatap Rara lembut Miya berkata, "Ra, elo tau gak sh*ts always happen?"
"Katanya respon ala Mother Theresa, kok elo ngom sh*it."
"Gw belom selesai Ra. Sh*ts always happen, goodness does too" Miya tersenyum.
"Sekarang elo diomelin abis-abisan, inget ga tahun lalu elo dipuji karena mencapai target dalam waktu cepat. Elo dapet promosi, dapet bonus gede. Kayak gw main saham, hari ini rugi eh besok pagi untung. Ada yang bikin sebel ada yang bikin seneng kan" suara Miya terasa hangat.
Rara kembali menghela napas, "Tapi tahun ini berat banget buat gw. Apes tiada akhir rasanya."
"Iya Ra. It must be very hard for you. Elo boleh sedih, tapi jangan bilang hidup elo apes mulu."
"Tapi gw mesti gimana Mi? I feel clueless." Rara menyender ke bangku, menatap Miya sendu.
"Elo mau gw kasi saran ala juri X-Factor atau ala juri Indonesian Idol?"