Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Rara, Miya, dan Udon yang Keburu Dingin

6 Maret 2022   05:31 Diperbarui: 6 Maret 2022   06:43 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Rara, Miya, dan Udon yang Keburu Dingin (diolah pribadi, gambar: cookingwithdog.com)

Dengan langkah gontai, Rara menghempaskan badannya di sofa. "Ouch sakit!" seraya mengelus bokongnya cepat-cepat. Sofa yang ia duduki ternyata sudah amblas, busanya tipis.

"Emang apes banget gw hari ini," Rara bersungut sambil mengambil handphone yang berbunyi dari tasnya.

"Raa, dimana loe?"  Suara lengkingan Miya terdengar pada detik pertama Rara memencet tombol hijau di handphone.

"Gw lagi nunggu taksi di lobby kantor. Elo uda selesai gym?"

"Udah nih, kalau elo sampe duluan pesenin curry udon, Ra"

"Ok Mi." Dengan lesu Rara menutup percakapan mereka. Makan malam enak adalah hal yang ia butuhkan saat ini.

Malam itu restoran Jepang langganan mereka tidak terlalu ramai. Rara memilih meja di pinggir jendela. Ia melihat keluar, lampu malam memancarkan cahaya yang temaram. Menambah rasa sendu di diri.

"Ra, hai!" Miya datang, memeluk Rara hangat.

"Udon elo uda gw pesenin" Rara merespon pelukan Miya.

"Wihh kenapa nih Rara, lemes bener lo. Had a bad day at office?" Sambil meletakkan tas gym-nya di lantai, Miya menarik bangku kosong di hadapan Rara.

"Elo habis gym kok malah makan udon sih?" Rara sengaja mengalihkan topik.

"Nah statement lo kurang tepat, Ra."

"Emang harusnya gimana?"

"Karena abis gym, gw bisa makan udon, hehe" Miya terkekeh.

Seorang pelayan datang menyajikan makanan ke meja mereka.

Sumringah, Miya mengambil sumpit dan memberikannya ke Rara, "Yuk makan dulu."

"Cerita elo tetep panas sampe nanti, gak kayak udon yang bentar lagi dingin" lanjut Mia terkekeh.

Miya sibuk menuang minyak wijen dan cabe bubuk, sambil mengaduk udon dengan wajah sumringah..

Rara ikut tersenyum, andai dia bisa sesantai Miya dalam menjalani hari.

"Kerjaan gw abis direview Pak Toni, hancur Mi. Notesnya banyak banget" Rara menghela napas.

"Lagi meeting besar semua divisi, gw di-grilled abis-abisan. Kayaknya tahun ini gw emang apes mulu. Apa gak bisa ya hidup gw tenang. Mobil gw tabrakan beruntun, putus sama Luki, sekarang kerjaan gw" Rara menatap meja dengan nanar.

Miya meletakkan sumpitnya, "Elo mau gw respon ala Mother Theresa atau ala netijen julid?"

Rara tersenyum tipis.

"Senyum elo menjawab elu butuh nuansa kelembutan Mother Theresa." Miya nyengir.

Sambil menatap Rara lembut Miya berkata, "Ra, elo tau gak sh*ts always happen?"

"Katanya respon ala Mother Theresa, kok elo ngom sh*it."

"Gw belom selesai Ra. Sh*ts always happen, goodness does too" Miya tersenyum.

"Sekarang elo diomelin abis-abisan, inget ga tahun lalu elo dipuji karena mencapai target dalam waktu cepat. Elo dapet promosi, dapet bonus gede. Kayak gw main saham, hari ini rugi eh besok pagi untung. Ada yang bikin sebel ada yang bikin seneng kan" suara Miya terasa hangat.

Rara kembali menghela napas, "Tapi tahun ini berat banget buat gw. Apes tiada akhir rasanya."

"Iya Ra. It must be very hard for you. Elo boleh sedih, tapi jangan bilang hidup elo apes mulu."

"Tapi gw mesti gimana Mi? I feel clueless." Rara menyender ke bangku, menatap Miya sendu.

"Elo mau gw kasi saran ala juri X-Factor atau ala juri Indonesian Idol?"

"Emang bedanya apa?"

"Ga ada, biar rileks aja. Lagian elo kaku bener kayak kanebo kering" Miya menyeloroh cepat.

"Dasar lo, Mi" Rara tersenyum, ucapan Miya berhasil membuatnya lebih rileks.

Miya meletakkan sumpit yang ia pegang sedari tadi, dan membuka kedua telapak tangannya.

"Ra, kalau gw bagi dua, tangan kanan yang enak dan kiri yang tidak enak. Kita mau hidup kita di tangan kanan terus, selalu untung, hidup sukses, dipuji, happy."

Miya menggerakan tangan kirinya "Tapi kenyataan tidak seperti itu, kita juga punya tangan kiri."

Pasti ada juga rugi, gagal, dicela, sedih, dan lain-lain. Tetapi kalau di kiri ini sering terjadi, bukan berarti elo apes terus"

"Jadi gw pasrah aja dengan semua hal?"      

"Justru sebaliknya Ra. Kita bisa berusaha supaya porsi di tangan kanan lebih dominan. Dengan berbuat kebaikan lebih sering, lebih lama dan lebih besar. Sama kayak gym" lanjut Miya.

"Kayak gym?" Rara bingung mendengarnya.

"Elo hanya akan bisa tau manfaat dari gym kalau rutin latihan. Tadinya elo gym hanya sekali seminggu, per sesi 30 menit, pake dumbel 2 kg. Terus ternyata hasilnya gak sesuai."

"Jadi harus gimana? Ya naikin latihannya. Elo latihan seminggu tiga kali, per sesi satu jam, hire personal trainer untuk latihan dengan alat. Dalam hitungan bulan pasti ada hasil kan?"

Rara mengangguk setuju.

"Hal-hal di tangan kanan dan kiri akan selalu ada. Elo gak akan bisa kalau hanya mau ada kanan terus. Tapi kita bisa lakukan sesuatu yang mendukung terjadinya hal di tangan kanan."

"Caranya? Lakukan kebaikan dengan frekuensi lebih sering, durasi lebih panjang. Cari yang memberikan dampak lebih besar untuk orang lain, Ra. Rumusnya simple, banyak memberi banyak menerima."

Rara terhentak mendengar penjelasan Miya. Sahabatnya ini memang selalu punya cara untuk menjawab hal dari sudut pandang berbeda. "Iya Mi, bener juga. Tumben elo bijak hari ini" responnya.

Miya terkekeh "Jadi sekarang elo tau mesti ngapain Ra?"

"Apa Mi?"

"Makan udon, udah dingin nih" nyengir Miya seraya memasukkan suapan besar udon ke mulutnya.

**

Jakarta, 06 Maret 2022

Jess Vandana untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi, mettasik, jess vandana
dokumen pribadi, mettasik, jess vandana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun