Cara kedua adalah meningkatkan pegendalian diri melalui perhatian.
Baik perhatian terhadap pikiran, perasaan, ucapan maupun tindakan. Menjauhkan kebencian dan keserakahan, dan menggantikannya dengan cinta kasih dan kasih sayang.
Perasaan pun perlu dijaga. Jika sedih tidak terlalu sedih, dan jika senang tidak terlalu senang. Batin harus senantiasa tetap seimbang. Hal ini dikarekan kesedihan yang berlebihan akan menimbulkan putus asa, sebaliknya kesenangan yang berlebihan akan menimbulkan kemelakatan
Pengendalian diri yang ketiga adalah melalui peningkatan pengetahuan-pengetahuan yang kita dapat. Baik pengetahuan agama, maupun pengetahuan akademik dan juga sosial.
Dari ilmu atau pengetahuan agama, kita bisa belajar banyak hal. Misalkan tentang hukum karma, apa yang kita tanam maka itu yang akan kita petik.
Dengan memahami hukum karma, maka kita akan bersyukur dengan keadaan kita pada saat ini, tidak menyalahkan orang lain. Keadaan kita saat ini adalah hasil dari usaha kita sendiri.
Jika kita rajin dan baik, maka hidup akan bahagia dan sebaliknya. Jika kita malas dan jahat maka hidup akan menderita.
Di sekolah atau di masyarakat, pengetahuan umum yang bisa kita peroleh adalah tentang budi pekerti, sikap toleransi dan moderasi beragama.
Cara yang ketiga adalah meningkatkan kesabaran.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sabar adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu.
Kesabaran adalah cara bertapa yang paling tinggi. Orang yang sabar, bukan berarti orang yang makan, jalan atau kerjanya pelan, tetapi orang yang mampu bertahan apabila menghadapi kondisi-kondisi sulit.