Namun, aku tetap menjalankan yang terbaik, sebagaimana diriku yang ingin selalu tampil tidak mengecewakan.
Aku menerima pikiranku, aku mengamati "monster anxietyku" tanpa melibatkan diriku di dalamnya.
Muncul, tenggelam, dan muncul lagi dengan sangat kuat. Aku memperhatikannya dengan seksama. Begitu kuat mempengaruhi perasaan, membuat fisikku terasa benar-benar lelah.
Antara ada dan tiada, fenomena itu terus berkecamuk. Aku selalu menarik diriku larut terbawa arus batin. Semakin aku memberontak, semakin kuat terasa.
Lalu seberkas pikiran tentang kesadaran datang menyelamatkanku. Seketika aku merasakan perpindahan pikiran dan perasaan. Gerakan yang sangat cepat dari bentuk emosi yang sangat kuat menjadi kesadaran.
Monster Anxiety hanyalah bentuk pikiran dan perasaan, bukanlah diriku. Dan mereka biasa diamati.
Rasa takut atau kecemasan sesungguhnya tidak nyata. Hanya bentukan kondisi pikiran yang salah. Mengambil kesimpulan di saat kognitifku masih belum bisa mencerna dengan baik.
Aku lantas mengingat sebuah kalimat sederhana dari sabda Sang Buddha kepada Angulimala;
"Aku sudah berhenti... Engkau yang belum berhenti".
Aku pun terhenyak. Aku baru sadar jika selama ini aku selalu ingin mencari penyebab dari semua penderitaan. Pencarian yang tiada habisnya.
Aku merasa seperti seorang dewasa yang mulai menyadari bahwa badut itu bukanlah monster yang ditakutinya ketika masih kecil.Â