Seringkali pengalaman batin kita telah mengarahkan diri terhadap apa yang benar dan apa yang tidak. Padahal apa yang benar itu belum tentu demikian.
Pada kasus-kasus tertentu, seseorang sering melihat keadaan dari satu sisi saja, atau dari perspektif mayoritas, sehingga sesuatu yang telah disetujui bersama menjadi yang terbaik. Atau dengan kata lain, ikut-ikutan.
Jelas ini berbahaya, apalagi jika diri kita sudah terbiasa dalam lingkungan yang tidak kondusif. Bergaul dengan para pemabuk misalnya, membuat kita cenderung membenarkan pesta mabuk-mabukan.
Namun, tidak perlulah menjadi pemabuk untuk terjebak dalam situasI ini. Dalam kehidupan, kita juga sering malas melakukan hal-hal yang baik, egois, gengsi, sombong, angkuh, dan munafik.
Atas nama moha, kita lantas mengambil pilihan yang berat sebelah. Menyebabkan penderitaan bagi banyak mahluk.
**
Aku berada disini sekarang, karena pilihan. Aku akan menjadi apa juga karena pilihan. Kehidupan selalu menyediakan opsi opsi bagi manusia yang akan mengarahkannya kepada suatu keadaan, dimana pilihan sudah tidak ada lagi.
Itulah yang disebut karma. Baik atau buruknya, semuanya terbentuk dari perbuatan masa lalu. Seperti apakah kita akan menjadi di masa depan? Sangat bergantung kepada pilihan yang kita ambil saat sekarang. Kita pun berkesempatan untuk membentuk karma-karma baru.Â
Lantas jika pilihan sudah tidak ada lagi, apa yang akan terjadi? Pilihan itu akan selalu ada, selama kehidupan masih ada. Karma akan terus ada seiring dengan pilihan-pilihan yang akan kita ambil. Pilihan dan karma, beda-beda tipis.Â
**
Makassar, 25 Januari 2022