Mereka yang lebih memilih sepatu yang nyaman, biasanya menunjukkan karakter yang mudah bergaul dan easy going. Sebaliknya mereka yang suka dengan sepatu formal, biasanya memiliki karakter yang cenderung lebih kalem dan mawas diri.
Namun setiap orang pasti memiliki beberapa pasang sepatu yang berbeda di dalam raknya. Sepatu formal maupun sepatu nyaman akan digunakan secara bergiliran. Hal ini dapat berarti bahwa sebenarnya sifat manusia tidak permanen adanya.
Dengan demikian, maka pilihan semakin jelas penting adanya. Pilihan terjadi karena pada dasarnya segala sesuatu beda-beda tipis adanya.
Jika memang demikian adanya, tentu saja di antara pilihan-pilihan tersebut, manusia ingin yang terbaik. Bukankah begitu.
Bagaimana Menentukan Pilihan Terbaik?
Banyak kisah yang kita dengarkan tentang bagaimana "salah pilih" menimbulkan penyesalan. Apakah ada cara untuk menghindarinya? Adakah cara agar pilihan dalam kehidupan selalu tepat?
Kembali kepada hakekat, apa dasar terbentuknya sebuah pilihan? Jawabannya adalah motif.
Oleh sebab itu, cara terbaik untuk melihat apakah pilihan kita sudah tepat atau tidak, adalah melihat motivasi kita dalam bertindak.
Terkadang memang susah, karena kita sering tidak menyadari apa sih yang membuat diri kita mengambil sebuah keputusan? Kadang ia terjadi begitu saja, seperti memilih menu pada restauran.
Kendati demikian, ada tips singkatnya. Tidak 100% manjur, tapi bisa dicoba;
Adosa - Tidak Berdasarkan Emosi Negatif