Jika anda berpikir bahwa target yang sudah anda tetapkan merupakan pencapaian maksimal anda maka Anda benar. Anda tidak akan berhasil memperoleh pencapaian lebih tinggi dari itu.
Tetapi jika anda berpikir bahwa anda punya kemampuan untuk "bangkit" maka anda juga benar. Anda akan bangkit dari kebiasaan buruk, pikiran anda akan membuat dasar pencapaian diri anda sendiri.
Oleh karena itu pencapaian anda tidak bisa melampaui batas yang sudah dipatok oleh pikiran anda sendiri, setinggi apapun target yang hendak dicapai setinggi itu pula batas maksimal pencapaian yang anda bisa peroleh.
Pikiran anda adalah nasib Anda.
Fenomena yang saya sering ceritakan dalam ruang "sharing" bisa menjawab pertanyaan: "Kenapa  kebanyakan orang miskin melahirkan orang miskin dan orang kaya melahirkan orang kaya"
Biasanya orang miskin pikirannya juga miskin ketika anak mereka berkata; "Pak, aku mau sekolah yang tinggi supaya nanti aku bisa jadi orang sukses".
Yang sering kita dengar adalah si bapak berkata kepada anaknya: "Nak kita ini miskin tidak mungkinlah bisa sekolah tinggi-tinggi, apalagi jadi orang sukses".
"Bapak tidak punya uang nak, sudahlah kau bantu bapak kerja di warung ini saja"
Kemiskinan pikirannya si bapak mengkerdilkan pikiran si anak yang kemudian menghapus mimpinya dan menggantinya dengan keinginan yang lebih realistis.
Lingkungan pergaulan si anak, juga tidak membantu, dia bergaul dan berinteraksi dengan sesama mereka yang juga miskin sehingga pembicaraan diantara mereka semakin membatasi semesta pikiran si anak. Si anakpun terjebak dalam pola hidup yang tidak akan membuatnya kaya.
Sementara orang kaya biasanya memiliki pikiran yang juga kaya. Ketika anaknya berkata: "Bapak, aku mau jual barang-barang bekasku di internet boleh nggak?"