Saya melihat senyum simpul di wajahnya sesaat sebelum saya meninggalkannya di depan halaman rumahku. Nanung lanjut menyiram tanaman.
"Kamu tidak usah khwatir, Nung. Hukum karma itu sudah lengket padamu."Â Saya Kembali bergumam dalam hati dan memang demikian nyatanya.
Hukum karma ini konsepnya sederhana. Tiada beda dengan konsep sebab akibat. Sayangnya, manusia sering membuatnya menjadi jelimet.
Karma seringkali dianggap sebagai malaikat yang datang membawa rezeki. Atau sebaliknya, sebagai setan dan kutukan.
Padahal, ia murni adalah apa yang kita lakukan dan apa yang kita rasakan. Tidak pakai lama. Instan pula.
Contoh, pada saat kita menolong orang lain yang sedang kesusahan, maka seringkali hati kita akan terpuaskan dan merasa bahagia. Itulah contoh perbuatan dan buah karma baik.
Contoh lainnya, pada saat kita berbohong, perasaan senantiasa merasa was-was. Tidur tidak tenang, takut ketahuan. Itulah contoh perbuatan dan buah karma buruk.
Karma tidak perlu dipercaya atau tidak, dia akan memainkan perannya sendiri.
Jadi, jika mau hidup bahagia, tidak usahlah repot. Contohilah Nanung. Baginya, hidup itu indah dengan segala kesederhanaannya.
Nanung mungkin polos, namun ia percaya jika kebaikan bukan untuk mengejar pahala. Tapi, sebagai sebuah kewajiban dalam hidup ini. Akhirnya kedamaian selalu berdamai dengan hatinya.
Nanung mungkin memiliki keterbatasan, namun ia tidak pernah merasa kekurangan. Akibatnya, dia selalu berkecukupan, meskipun kadang hanya pada batasan pikiran saja.