Setiap perjumpaan dengan siapa saja adalah hal yang luar biasa baginya. Setiap momen yang ia lalui, serasa surga bagi dirinya.
Sejujurnya, saya merasa trenyuh dan sedikit "iri" dengan si Nanung ini. Hatinya begitu bahagia, meskipun hidupnya masih pas-pasan. Kekurangan bukan standar, bagi hatinya yang tulus.
Nanung ini orangnya spontan. Dia tidak pernah malu untuk bertanya. Apa pun akan ia tanyakan jika ia tidak paham.
Hingga suatu saat, saat kami sedang membersihkan mobil. Nanung tetiba tersadar. Ia seperti terhenyak dan setengah berteriak.
"Ibu..! ibu percaya hukum Karma gak?" Tanyanya.
Saya kaget. Sedikit akibat teriakannya, lebih banyak karena pertanyaanya.
Lalu, saya balas bertanya, "Kok kamu tanya itu sih, Nung?"
"Eh, enggak bu. Maaf tadi Nanung melamun," jawabnya.
"Anu, bu," lanjutnya. "Tetangga di belakang rumah barusan mati ketabrak mobil. Kata orang-orang sih itu akibat hukum karma. Orangnya jahat sih, sering nipu gitu."
"Nanung...Nanung..., Apa yang kamu alami dan kamu ceritakan itu adalah bagian dari hukum Karma yang sedang berlangsung." Saya bergumam dalam hati.
Saya memutuskan untuk menjawab pertanyaan Nanung singkat, "tenang Nanung, kamu orang baik, pasti dapat yang terbaik."