"Sayang bu, masih bagus, masih bisa dipake. Gak apa-apa aman kok," ujarnya.
Hidupnya lurus, tidak pernah memanfaatkan situasi, penuh rasa syukur dan selalu merasa cukup. Nanung benar-benar manusia langka. Agak sulit menemukan manusia jenis ini.
Pernah suatu hari, ada tetangganya bingung. Tidak punya uang beli beras untuk makan hari itu. Nanung ada uang, tapi hanya sedikit. Cukup untuk beli beras esok hari. Tapi, tanpa ragu, dia memberikan uangnya kepada sang tetangga. Tanpa berpikir panjang, bagaimanakah hari esok?
Nanung melahirkan anak keduanya sendirian di rumahnya. Setelah bayinya lahir, suami dan paraji (dukun beranak) barulah tiba. Luar biasa perjuanganmu, Nung!
Ia tidak pernah mengeluh, apalagi menyalahkan suaminya yang datang terlambat.
Hidupnya penuh rasa syukur...
Pernah juga dia dan anak bungsunya ditabrak mobil saat naik motor. Tahukah kamu apa reaksinya?
"Aduh bu, orang yang nabrak saya baik banget, anak saya diajak jajan ke mini market, saya juga diberi uang. Padahal motor saya cuma terguling dan luka-luka lecet saja.", ujarnya dengan polos.
Nanung tak pernah segan bercerita dengan penuh rasa suka cita.
"Suatu waktu, hujan sedang deras, bu. Motor dan boks daganganku mogok. Lalu, ada seorang bapak keren pake dasi turun dari mobilnya. Ia bantuin aku. Tangannya sampe pada hitam belepotan gitu, bu!" Nanung berkisah dengan penuh tawa.
Saya sampai tidak habis pikir. Bagaimana seorang Nanung ini bisa mengagumi hidup dengan begitu indahnya.