ISIS Berbahaya seperti Virus
Wakil presiden Ma'ruf Amin, katakan pejuang ISIS berbahaya seperti virus Corona. Memulangkan WNI dari zona Virus dikota Wuhan mesti diisolasi dahulu dan dipantau terus menerus dengan kesiapan medis tingkat tinggi. Begitu juga memulangkan eks WNI pejuang ISIS harus diisolasi dahulu dan diawasi secara ketat.Â
Pejuang ISIS walaupun telah mengatakan kapok dan tobat, harus diawasi dengan kekuatan penuh selama bertahun-tahun kedepan. Mengapa? Karena mereka berbahaya. Karena mereka telah mengalami cuci otak yang sistimatis. Â
Dalam sebuah reportasi Televisi BBC, seorang remaja Indonesia menyatakan penyesalannya ikut bersama dengan orang tuanya berjuang untuk ISIS.
 Kenyataan yang dihadapinya diluar pikiran sianak itu. Siremaja yang bercita-cita jadi dokter itu merasa bahwa masa depannya  hancur. Dia lelah dan muak dengan situasi yang dihadapinya.
Reportase BBC itu sangat menyentuh hati banyak orang diseluruh dunia. Â Bahwa ada cukup banyak anggota ISIS sebenarnya adalah korban dari suatu ideologi yang utopis. Para korban itu umumnya adalah para istri pejuang dan anak-anaknya.
Sementara dalam sebuah reportasi televisi Jerman, digambarkan bagaimana  militannya  anak-anak kecil dari keluarga ISIS dikamp pengungsi di perbatasan Turkey Syria.Â
Anak-anak itu mengatakan, kami tidak butuh makanan dan bantuan kalian. Kami butuh kebebasan. Dan jika kami bebas, atas pertolongan Allah kami akan bunuh kalian.
Reportasi ini menunjukkan betapa ideologi kekerasan itu telah diturunkan dan ditanam  sedemikian rupa pada generasi baru ISIS, sejak dari  anak kecil.Â
Anak-anak sudah ditanam pemahaman akan kesucian membunuh dan keagungan akan kematian secara martir. Tentu sulit sekali menghilangkan ideologi yang telah ditanam sejak dini.
Inilah dilema kemanusiaan itu. Disatu pihak keluarga ISIS harus dilihat sebagai manusia yang bermartabat, yang punya hak untuk membangun masa depannya di Indonesia, Dilain pihak anggota keluarga ISIS mesti diawasi secara ketat karena mereka tetap berbahaya bagi ketahanan dan keamanan NKRI.